Pengalaman Dimanfaatkan Teman

Pengalaman Dimanfaatkan Teman

Hand in frame, pengalaman dimanfaatkan teman, flatlay

Ketika Kebaikan Disalah Artikan


“Kamu orangnya terlalu baik sama orang, akhirnya banyak yang memanfaatkan kebaikanmu,” seorang sahabat pernah bilang begini sama saya.

Jujur saya dulu nggak paham dengan apa yang dikatakannya kala itu. Saya anggap kebaikan yang saya lakukan kepada orang membutuhkan bantuan masih dalam tahap wajar. Apalagi ajaran ortu sejak kecil adalah berbuat baik sama orang meski orang itu mungkin tidak menghargai yang kamu lakukan.

Jadi, saya tidak mempermasalahkan hal tersebut sampai suatu titik, ada sebuah kejadian yang membuat saya belajar untuk menghidupkan radar waspada terhadap orang-orang disekeliling. Ada kalanya saya harus belajar mengatakan ‘tidak’ terhadap permintaan orang lain.

Tidak membantu, bukan berarti kamu tidak perhatian pada mereka. Hanya saja ada sekelumit orang yang kerap kali mempergunakan kebaikan orang lain untuk kepentingan egoisnya. Ujung-ujungnya dia membuat kita menjadi korban atas kesalahannya sendiri. Ah, melelahkan, bukan?


Baca juga:


Pengalaman-Pengalaman Dimanfaatkan Teman



Ketika Teman Kabur Dari Rumah



Alkisah, saya punya seorang sahabat saat SMA. Kami mulai bersahabat ketika saat di kelas 2. Teman ngobrol, teman curhat dan teman ngemall bareng. Berhubung dia bisa mengendarai motor, saya sering pergi kemana-mana sama dia.

Suatu waktu, saya dan dia memang berniat untuk pergi ke Jogja bersama. Kebetulan, kakak perempuan saya saat itu tinggal di Jogja, memiliki rumah sendiri. Jadi, saya bisa mengajak teman untuk menginap di sana. Niat itu sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Rencananya,  kami berangkat ke Jogja setelah saya UAS.  Berangkat bersama-sama dari Surabaya denga supaya nyaman di perjalanan. Tak kala sedang asyik ngobrol sama teman di kampus, saya mendapat telepon dari Ibu sahabat saya, sebut saja A. Ibunya bertanya apakah kami sedang bersama ke Jogja karena si A dihubungi nggak bisa dari kemarin. Pamitan ke Jogja bareng saya.

Oalah. Serius saya yang nggak tahu apa-apa akhirnya berbohong kalau kami sedang di perjalanan ke Jogja, padahal sih nggak. Langsung saja saya telepon si A, tanya apa maksudnya ini. Dia nggak jawab, katanya biar nanti langsung menghubungi ibunya sendiri.

Singkat cerita, ternyata dia ke Jogja untuk bertemu dengan teman lelaki yang dikenal lewat chat. Waw, seberani itu saudara-saudara. Saya yang di Surabaya ketar-ketir, eh dia malah santai habis ketemu kekasih hatinya. Akibat drama kabur ini, hubungan kami merenggang, dia tiba-tiba putus kuliah dan pulang ke desa. Entahlah.

Beberapa tahun kemudian, dia main ke rumah bersama suaminya. Alhamdulilah semua baik-baik saja.


Dijadikan Back Up Ketika Pacaran



Kali ini cerita yang berbeda jaman SMP. Rumah saya sudah kayak markas buat teman-teman sekolah karena ada saja yang main ke rumah entah siang hari atau malam. Apalagi kalau malam minggu, ramai.

Saya punya teman, sebut saja R. Kami memang tidak terlalu dekat, tapi ya sering main bersama. Suatu hari saya main ke rumahnya di malam minggu. Di depan teras sama seorang teman. Tahu dong kalau wanita kumpul yang dibahas siapa? Lelaki.

Sekitar jam 8-an, dia pamit dong sama keluarganya mau main ke rumah. Sampai rumah, saya bingung kok ada lelaki naik motor gede sudah ada di depan rumah. Kenal juga nggak, eh ternyata itu pacar si R. Dia sengaja janjian di depan rumah dong. Pas, saya tanya alasannya, “soalnya kamu anak Guru, jadi ortuku bakal percaya sama kamu.”

Astaga sinting. 

Nggak cuman sekali, dia janjian sama seorang cowok di rumah. Pernah dong, pacarnya ditinggal di rumah, eh dianya keluyuran kemana naik motor si cowok tadi. Dan, saya disuruh nemenin. Sial.

Itu hanya sekelumit kisah bagaimana saya dimanfaatkan sama teman. Ya intinya, sih berbuat baik itu harus. Namun, jangan lupa waspada biar niat baik kita tidak disalah artikan sama orang lain. Jangan sampai kayak pepatah, Air Susu Dibalas Dengan Air Tuba.
Hal-hal yang Membuat Bahagia Di Februari

Hal-hal yang Membuat Bahagia Di Februari

hal yang membuat bahagia, wire grid


Hal-hal yang Membuat Bahagia di Februari


Akhir Januari lalu, beberapa area di rumah mengalami kerusakan. Mau tidak mau dengan terpaksa kami harus melakukan renovasi rumah. Bukan sebuah keputusan yang mudah karena ketika setuju melakukan perbaikan itu artinya mengijinkan orang lain masuk ke dalam area rumah. Apalagi di masa pandemi, rasanya riskan.

Jika terus ditunda, kok kayaknya makin nggak nyaman apalagi salah satu area yang terdampak adalah kamar saya dan kakak. Kamar tersebut menjadi lebih lembab, dindingnya mengelupas dan kadang mengeluarkan aroma khas jamur. Apalagi kakak perempuan sudah mulai batuk-batuk terus karena area kamarnya paling parah.

Sesungguh melakukan perbaikan rumah itu sungguh melelahkan. Rumah yang berantakan dan tabungan yang terkuras. Huft.

Selama renovasi kamar, saya mengungsi tidur di kamar Ibu sedangkan Kakak perempuan memilih mengungsi ke rumahnya. Alhasil semua kegiatan saya hanya berkutat di kamar dan kamar selama 24 jam. Tidak hanya saya sih, ortu juga bahkan ruang makan juga berpindah ke kamar. Segala panci, magic com bawa juga ke kamar. Mau keluar nggak bisa, rumah berantakan dan debu di mana. Memakai masker di dalam rumah pun dilakukan.

Baca juga:


Ternyata oh ternyata, masalah rumah mulai merembet kemana-mana. Tidak hanya kamar yang diperbaiki, tapi segala plafon dan asbes kudu dibuka. Penyebabnya adalah rayap. Hampir memenuhi seluruh rumah. Yang awalnya perkiraan renovasi hanya 2 minggu, lalu diperpanjang sudah kayak PSBB. Kata ortu sekalian saja rumahnya diperbaiki. Oh baiklah, mari kita tarik napas panjang.

Ada hari-hari di mana saya merasa jenuh karena hanya terbatas dalam kamar, belum lagi perbedaan pendapat sama ortu yang akhirnya bikin suasana memanas. Lantas, kami mulai tertawa ketika membandingkan diri sama orang yang lebih tidak beruntung dari kami, mengungsi karena rumahnya banjir. Pada akhirnya, kami harus belajar dengan kondisi begini.

Nggak hanya cerita sedih karena renovasi rumah, Februari ini sebenarnya ada banyak kebahagiaan kecil yang bisa dirasakan. Sesuatu yang sederhana, tapi bisa menaikkan mood di kala jenuh berada di kamar saja atau melihat kondisi rumah yang masih berantakan.


Main-Main ke Mitra 10 Untuk Beli Bahan Bangunan


Selama pandemi, saya belum berani main ke Mall, hanya sebatas minimarket saja sudah bikin bahagia. Paling nggak bisa keluar rumah, ketemu orang lain dan cuci mata.

Nah, berhubung ada banyak material yang harus dibeli. Yah, pada akhirnya kami harus ke supermarket bahan bangunan, kebetulan yang terdekat ya Mitra 10. Kali pertama ke sana, saya kayak orang linglung. Nggak pernah lihat banyak orang dan banyak lampu-lampu, eh saya malah pusing. Badan kok rasanya sakit semua, psikosomatis begitulah. Sampai saya bilang sama ortu untuk segera cabut kalau urusan sudah kelar. Sampai rumah demam dong.

Giliran kedua kalinya ke sana. Sudah mulai terbiasa, saya sih senang walaupun hanya melihat keramik, semen, dll. Setidaknya bisa keluar rumah dan ketemu banyak orang. Jadi, kalau diajak ortu ke sini lagi saya nggak nolak.


Kamar Selesai Di Renovasi


working space
Penampakan kamar setelah renovasi

Hal yang paling membahagiakan buat saya di bulan Februari, akhirnya renovasi kamar selesai juga. Yay, akhirnya saya sudah mulai bisa menata barang-barang di dalam kamar. Meski belum sepenuhnya rapi, setidaknya bisa menjadi tempat saya di siang hari entah untuk menulis blog, membaca buku, memotret dan menonton drakor. Biar nggak bosan hanya di kamar ibu saja.

Saya jadi lebih bersemangat menjalani hari.

Dapat Beberapa Pekerjaan dari Blog


Di tengah kejenuhan renovasi rumah, alhamdulillah masih dikasih rezeki sama Allah. Dapat beberapa email penawaran buat blog setelah bulan sebelumnya sepi kayak di sawah, hanya terdengar suara Jangkrik. Krik….krik

Meski saat mengerjakan kudu usaha karena menulis di antara tumpukan barang di kamar ortu. Ya itu sebuah kebahagiaan yang rasanya tidak tergantikan. Nggak hanya pekerjaan dari blog, saya juga sudah bisa membuat konten foto/video di dalam kamar lagi. Yay. so happy.

Biar kata Februari hari saya tidak penuh cinta, tapi ada banyak perasaan bahagia yang menyelimuti. Tentu saja semuanya dalam keadaan sehat, itu rasanya lebih penting dari apapun.


Bagaimana Februarimu?


 Renovasi Rumah di Masa Pandemi

Renovasi Rumah di Masa Pandemi

renovasi rumah saat pandemi, renovasi rumah, membangun rumah

Drama Renovasi Rumah Di Masa Pandemi


Berawal tetangga sebelah yang melakukan pembangunan rumah baru, ternyata berdampak ke rumah saya. Kakak cerita, kalau dinding kamarnya bergelembung kayak cacar air. Ortu sih cuek aja kirain itu hanya persoalan biasa, eh ternyata, semakin hari makin parah. Gelembung di dinding makin banyak dan kalau ditusuk mengeluarkan air. Hampir 16 tahun tinggal di rumah ini, belum pernah mengalami permasalahan serupa.

Tidak hanya kamar kakak, dinding kamar saya juga mulai mengalami masalah gelembung, bedanya jika ditusuk tidak mengeluarkan air. Tidak hanya itu, beberapa dinding kamar dan atap mengalami keretakan yang lumayan. Kayaknya sih ini efek dari jack hammer, ketika mereka membangun pondasi. Suaranya keras banget, sampai kami merasa terganggu.

Akhirnya, papa protes sama tetangga sebelah tentang permasalahan rumah. Mereka mengirim orang untuk mengecek kondisi rumah. Terjadilah kesepakatan bahwa biaya untuk tukang keramik kamar ibu dan tukang cat, ditanggung mereka, sedangkan materialnya beli sendiri.

Terus kenapa ongkos keramik buat dua kamar nggak dihitung juga? Bapak terlanjur setuju sama harga tukang dan nggak bilang sama tetangga sebelah. Ya sudahlah,


Drama Renovasi Rumah



Niat awal, kamar saya hanya cat ulang dan pasang keramik, tapi Ibu bilang untuk ganti plafon saja karena memang ada banyak area yang akan diganti plafonnya, dapur, ruang makan dan garasi dalam, kamar mbak dan tentunya kamar saya.

Sembari menunggu tukang plafon, kakak iseng-iseng naik ke atas. Hasilnya, ada banyak sarang rayap di rumah. Err, akhirnya plafon ruang tengah dijebol deh karena masih ada sisa, Bapak memutuskan untuk menjebol plafon dua kamar mandi. Ternyata, banyak rayap, rumahnya sampai besar sekali. Hii karena nggak mau kecolongan lagi, akhirnya garasi, kamar pembantu dan 2 kamar atas ikut di jebol juga. Rupanya pasukan rayap sudah mengepung rumah kami.


Artikel Terkait: 


Yang tadinya hanya ingin renovasi kamar, malah merembet kemana-mana. Biaya pun ikut membengkak karena kejadian rayap ini. Kata Ortu, hitung-hitung sekalian saja deh apa yang perlu diperbaiki, ya diperbaiki sekarang. Biar kedepannya enak. Rumah ini memang sudah lama tidak dilakukan perawatan. Mangkanya, sama Allah dikasih masalah kamar biar pada tahu bahwa di atap sana banyak rayap.

Sebenarnya kami rada parno juga renovasi di tengah pandemi, memasukkan orang baru ke dalam rumah bukan perkara mudah apalagi anggota keluarga ada yang punya penyakit bawaan. Ya kita ikhtiar saja sambil berdoa dan tetap menjaga jarak dan kebersihan selama renovasi.

Hampir setiap hari nggak lepas dari masker, apalagi punya riwayat asma, sensi sama hal-hal berdebu. Belum lagi kulit wajah yang rewel karena pakai masker terus. Disyukuri saja.

Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan Saat Membangun Rumah


Pengalaman renovasi rumah kali ini memberikan banyak pelajaran bahwa membangun rumah itu tidak mudah. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan sehingga rumah bisa lebih kokoh dan jauh dari kejadian yang dialami seperti ini.

  • Jika ingin membangun rumah, pilih bahan kayu yang berkualitas seperti jati, bengkirai, dll yang memang sifatnya keras sehingga tidak disukai rayap. Jadi, dari pengalaman rayap ini, kami jadi tahu bahwa dulu saat membeli kayu untuk membangun rumah rupanya si pedagang nakal, mencampur kayu pesanan kami dengan kayu jelek. Dan, tidak ada yang memeriksa kualitas kayu sebelum dipasang.
  • Pengalaman dinding kamar yang rusak, memberikan sebuah pembelajaran bahwa ada baiknya semua tembok yang bersebelahan dengan tetangga ada baiknya di keramik. Kita tidak pernah tahu kualitas tembok tetangga atau ada bangungan apa di sebelahnya. Sehingga tidak merembes ke rumah. Kalau kasus saya, tetangga membangun kolam renang yang letaknya bersebelahan dengan kamar, ditambah masalah pembuangan air tetangga belakang. Lengkap deh.
  • Pilih bahan yang berkualitas, memang mahal di awal, tapi mempermudah perawatan. Seperti contoh pemilihan cat dinding. Hampir 100% cat dinding di rumah menggunakan cat berkualitas tinggi, harganya memang lebih mahal. Namun, daya tahannya bisa diadu. Warna tetap mengkilap meski sudah puluhan tahun.
  • Ijin Sama Tetangga Sebelah Kalau Mau Bangun Rumah. Jangan hanya ijin sama perangkat RT/RW, saat akan membangun rumah ada baiknya berkunjung dulu ke tetangga sebelah kanan, kiri, belakang. Meminta ijin bahwa akan melakukan pembangunan sekaligus meminta maaf jika nanti kenyamanannya terganggu. dan apabila pembangunan yang kita lakukan berdampak pada tetangga, siapkan juga kompensasi. 
Nah, itulah pengalaman saya renovasi rumah di saat pandemi. Tetap jaga jarak, jaga kesehatan dengan pakai masker dan cuci tangan lebih sering. Sekarang, sudah nggak penasaran, kan? Saya jarang muncul di medsos.


Salam,
(Kembali) Menulis Fiksi dan Hal-hal yang Saya Sesali

(Kembali) Menulis Fiksi dan Hal-hal yang Saya Sesali


Menulis fiksi dan hal-hal yang disesali, tea and photo



Menulis Fiksi dan Hal-Hal yang Saya Sesali



Sama halnya dengan Wulan K, saya pernah punya mimpi untuk memiliki karya yang dicetak dengan nama sendiri, bukan karya bersama atau antologi.

Saya masih ingat betapa antusiasnya menulis fiksi. Otak saya selalu penuh dengan cerita-cerita rekaan baru. Menyenangkan. Kemarin, saat saya membuka folder fiksi setelah bertahun-tahun tersembunyi di laptop. Saya kagum, ternyata saya sudah menulis sebanyak itu.

Sebenarnya sudah dari beberapa tahun lalu, Wulan mengajak saya untuk kembali menulis fiksi. Dia tahu betapa dulu saya menggilai dunia fiksi. Perkenalan pertama kami juga dimulai dari workshop menulis novel. Saya dan Wulan juga sempat berkolaborasi dalam menulis novel, tapi tidak berlanjut entah karena apa. Lupa.

Tahun 2021 ini, saya kembali memberanikan diri menulis fiksi. Bukan perkara mudah karena bertahun-tahun hiatus. Hampir setiap hari ada yang saya tanyakan sama Wulan tentang bagaimana sih cara menulis novel dari awal. Astaga. Sampai ditertawakan Wulan katanya saya kayak pemula saja.

Niat awal ingin membuat kisah baru. Namun, saat melihat tumpukan draft yang belum selesai kok kayaknya sayang. Saya akhir memutuskan melanjutkan draft novel yang belum selesai, salah satu karakter utamanya merupakan kesayangan saya.

Beberapa hal-hal berikut yang membuat saya menyesal kenapa tidak kembali lagi menulis fiksi sejak dahulu.


Terlalu Takut Memulai


Setiap kali hendak memulai menulis fiksi, ingatan saya akan coretan-coretan merah di naskah membuat saya takut. Semacam ada bisikan-bisikan yang seakan-akan menertawakan tulisan saya. Padahal itu hanya pikiran saya sendiri.

Seandainya saya lebih berani untuk memulai mungkin semua draft yang terlupakan itu sudah selesai menjadi cerita. Perlahan, saya sedang berusaha mengubah pikiran negatif yang sudah terlalu lama mengakar ini.


Baca Juga:

5 Penulis Fiksi yang Membuat Jatuh Cinta 

7 Daftar Keinginan Di Tahun 2021 


Terlalu Banyak Menunda


Berapa kali Wulan gemas menanyakan Bab 1 saya yang belum selesai juga, ada saja alasan yang saya kemukakan. Padahal, saya sendiri menundanya dengan alasan ah masih hari Senin in, eh tahu-tahu seminggu sudah berlalu. Giliran ditagih sama Wulan cuman senyum-senyum. Untung partner menulis saya baik hati.

Kebiasaan menunda pekerjaan ini yang bisa dibilang agak susah saya ubah, entah mengapa saya suka sekali bekerja dekat-dekat jadwal berakhir, padahal ini bukan sesuatu yang baik.


Terlalu Banyak Alasan


Manusia itu gudangnya alasan. Padahal kalau coba dikerjakan toh bakal selesai juga. Sayangnya, alasan-alasan yang nggak jelas dikemukakan terlebih dahulu yang pada akhirnya membuat kita jadi mikir. Ah iya benar juga. Alhasil nggak jadi nulis.

Padahal, sampai ikutan workshop menulis bersama WIndry Ramadhina, eh tetap saja banyak alasan yang mau nulis. Argh.

Terlalu Baper


Tahun 2020 sepertinya saya kebanyakan baper deh. Melihat beberapa teman berhasil dengan karya-karyanya eh bawaannya iri. Kok saya hidupnya gitu-gitu aja. Padahal ya memang diri saya sendiri aja yang nggak mau berkembang, tidak mau mencoba karena takut gagal duluan.

Kok familiar banget ya sama model begini. Dulu saya pernah komentar sama orang model begini yang mudah baper sama temannya yang berhasil, eh malah kejadian sama diri sendiri. Karma, banget.

Ah iya, begitulah cerita saya tentang pengalaman kembali menulis fiksi, Semoga proyek yang sedang saya kerjakan bisa berhasil diselesaikan sampai tuntas, sehingga saya bisa mematahkan ketakutan-ketakutan yang saya buat sendiri.

Seperti kata seorang penulis, “Mending menghasilkan karya yang buruk, tapi selesai. Ketimbang menunggu menghasilkan karya yang indah. Namun, hanya angan-angan.”

Semangat ya, Tika. Mari selesaikan tulisanmu itu dengan indah. Dengan begitu kamu akan menjadi lebih percaya diri dalam menapaki kembali karir menulismu yang sejak bertahun-tahun mati.
7 Daftar Keinginan Di Tahun 2021

7 Daftar Keinginan Di Tahun 2021


7 Daftar Keinginan DI Tahun 2021, woman in lake, swastikha.com, wanita di pinggir danau


Bagi saya tahun 2020 menjadi tahun terberat. Sepanjang tahun tahun 2020, namanya emosi sudah kayak permainan Bianglala. Naik ke puncak gunung lalu turun perlahan sampai titik terendah. Rasanya melelahkan.

Diawali dengan pandemi yang membuat gerak jadi terbatas. Biasanya paling nggak seminggu 1x bisa keluar rumah ketemu teman atau sekedar cuci mata di mall, mendadak nggak boleh sama sekali. Apalagi saya sudah dipingit sejak akhir tahun karena mau operasi. Itu sempat membuat saya kehilangan gairah dan sedikit stress.

Sehabis operasi mood juga nggak langsung balik, badan yang sakit semua karena aktivitas juga terbatas pengaruh banget sama emosi. Saya merasa jadi lebih sensitif, bawaannya pengin nangis kalau ada yang ngomongnya gimana gitu. Ahhh.

Pekerjaan sebagai blogger yang biasanya ramai, mendadak sepi. Berbulan-bulan rekening saya kosong tanpa pemasukan. Untungnya masih ada tabungan yang memang disisihkan. Hal ini juga sempat bikin iri ketika ada teman yang senang karena invoice baru cair. What a life.

Itulah kenapa di tahun 2021 yang baru berjalan 2 minggu ini, saya ingin ke depannya saya lebih santai dalam menjalani. Melakukan banyak hal yang memang saya sukai karena memang ingin lebih banyak tersenyum, tapi tetap melakukan semuanya dengan serius.

7 Daftar Keinginan di Tahun 2021


Saya tidak menyebut ini sebagai resolusi melainkan daftar keinginan yang rasanya menarik dilakukan di tahun 2021 ini. Apa saja ya kira-kira?


Kembali Menulis Fiksi


Beberapa bulan terakhir, saya sama Wulan lagi intens membicarakan hal yang berhubungan dengan dunia fiksi, seperti yang sering kami lakukan dulu. Beberapa kali Wulan meminta saya untuk kembali menulis fiksi. Saya sendiri belum terlalu percaya diri untuk kembali bermain-main dengan tokoh rekaan.

Seminggu lalu, saya memberanikan diri membuka folder tulis-menulis yang bertahun-tahun dilupakan. Saya menemukan banyak tulisan-tulisan, naskah novel yang belum selesai. Serasa menemukan banyak harta karun.

Akhirnya, saya memutuskan mengunggah beberapa tulisan lama ke platform seperti saran dari Wulan. Ada cerita di sekitar yang merupakan kumpulan cerita pendek dan sebuah novel yang diberi judul Milana

Semoga saja saya istiqamah saat menulisnya.


Belajar Photoshop


Tahun lalu, saya pernah menulis ingin belajar Photoshop, tapi belum tercapai juga alias malas. Tahun ini, demi memulai rencana ini akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku cetak tentang aplikasi Photoshop. Kalau sedang kebingungan, buku ini bisa menjadi panduan karena terkadang menonton video di youtube cukup membuat kewalahan.

Buat apa belajar Photoshop?

Buat mengedit foto-foto yang sudah saya hasilkan menjadi lebih baik lagi dan menambah skill biar nggak cuman bisanya itu-itu saja.


Belajar Foto Produk


Tahun 2021 inginnya menekuni foto produk, meski nggak buka jasa foto produk setidaknya bisa dipergunakan untuk foto-foto di blog dan media sosial. Jujur, foto produk ini masih agak membuat saya kesusahan karena membutuhkan kemampuan menata yang apik. Bisa dibilang itulah kelemahan saya.

That’s why, saya pengin lebih banyak berlatih motret lagi.


Olahraga Seminggu 2x


Ini salah satu wishlist yang mudah ditulis, tapi susah untuk dilakukan. Semoga di tahun 2021 ini lebih rajin melakukan olahraga ringan seperti jalan pagi keliling komplek atau melakukan Yoga. Nggak usah setiap hari, ya paling tidak seminggu 2x. Badan sehat, pikiran juga ikutan sehat karena meningkatkan kualitas tidur.



Mengurangi Over Thinking


Tahun 2021, belajar mengendalikan pikiran. Sebagai manusia biasa ada kalanya timbul rasa iri terhadap kehidupan orang lain. Terlebih lagi kalau kita merasa ya hidup kita gitu-gitu aja. Akibatnya pikiran negatif muncul dan seringkali menimbulkan kecemasan.

Kecemasan yang menumpuk membuat kualitas tidur di malam hari menjadi terganggu, bangun pagi jadi BT. Gitu saja terus sampai lelah.

Tahun ini, saya ingin mencoba menikmati hidup dengan santai, melakukan hal yang disukai dan juga lebih menikmati kegiatan sehari-hari. Lupakan sejenak DA blog, follower di medsos. Menikmati menjadi orang yang biasa saja. Karena hidup juga butuh dinikmati.

Membuat Home Studio


Saya punya mimpi pengin punya home studio, di mana bisa dijadikan tempat untuk foto-foto sekaligus ruang kerja. Mungkin semacam ruang kreatif gitulah. Tidak usah terlalu besar ukurannya yang penting memiliki banyak jendela yang bisa memberikan cahaya yang melimpah.

Salah satu wishlist juga di tahun ini adalah menambah lampu studio baru. Kamar saya itu tidak memiliki cukup sumber cahaya karena tidak ada jendela sehingga meski memakai lampu tambahan kok rasanya kurang terang. Setidaknya dengan lampu tambahan ini bisa mendukung hasil foto menjadi lebih baik. Eh siapa tahu habis gitu ada yang mau bangunin home studio. Amin.

Menikah


Keinginan menikah pasti sudah masuk ke dalam daftar keinginan setiap tahunnya. Namun, rupanya Allah masih belum mengizinkan. Tahun ini kembali saya masukkan list, siapa tahu kali ini Allah merestuinya. Amin


Yak, itulah 7 daftar keinginan di tahun 2021. Entah terwujud atau tidak yuk mari kita banyak ikhtiar.


Salam,


Perayaan Tahun Baru, Haruskah Dirayakan?

Perayaan Tahun Baru, Haruskah Dirayakan?

perayaan tahun baru, lampu kristal

Perayaan Tahun Baru yang Muram



Beberapa tahun belakangan, saya sudah berhenti mengistimewakan akhir tahun. Entah, karena umur yang membuat saya tidak lagi bisa begadang atau memang jenuh karena perayaannya ya hanya itu-itu saja. Kembang api, terompet dan suara petasan yang menggema hampir di seluruh penjuru tidak peduli komplek perumahan mewah atau gang-gang sempit di kawasan kota Surabaya.

Tahun 2020, rasanya malam pergantian tahun menjadi berbeda. Kasus pandemi Corona yang belum usai dan semakin meningkat membuat pemerintah memberikan himbauan untuk tidak mengadakan keramaian di saat malam tahun baru. Semua kegiatan keramaian, jualan diberlakukan hingga jam 8 malam. Bahkan, hotel-hotel pun tidak boleh menggelar perayaan tahun baru.

Pergantian Tahun Baru 2020 kali ini kata sebagian orang muram. Bagi saya, sama saja sih dengan bergantinya bulan baru. Lagi pula rasanya tidak etis kita asik berkumpul di keramaian lalu lupa ada sebagian orang yang tengah berjuang di RS. Pasien yang terbaring dengan ventilator dan petugas nakes yang mulai kelelahan. Tidak adil rasanya kalau kebahagiaan kita turut andil menyumbang penularan Covid 19.

Ya sudahlah. Mari kita rayakan di rumah masing-masing sembari menulis resolusi sama seperti tahun-tahun sebelum serta tidak lupa berdoa supaya Corona lekas menghilang dari muka bumi.

Lantas apa yang saya lakukan di saat libur akhir tahun.


Maraton Nonton Drama Korea


Ketika tanggal 31 Desember, kebetulan langganan Netflix habis dan beberapa drama korea yang saya tonton di ViU banyak yang tidak tayang. Alhasil saya memperbarui langganan Netflix demi menonton drama yang kebetulan tayang di sana.

Dari pagi saya sibuk memasukkan list drama/film yang akan saya tonton di liburan akhir tahun. Seru aja sih, kayak semacam me time buat diri sendiri sebelum kembali bertarung untuk kehidupan di tahun 2021.

Pokoknya seharian kerjaannya cuman guling-guling di atas kasur sampai bosan.


Rencana BBQ Bareng Keluarga



Sebelum nonton drakor, saya sudah sibuk sejak pagi. Sibuk potong fillet ayam buat BBQ malam hari bareng keluarga. Sebenarnya bukan saja aja sih yang sibuk potong daging ayam, ada kakak ipar dan kakak perempuan. Pokoknya menu hari itu serba ayam.

Terniat banget pokoknya sampai nggak sadar jari tangan ikutan teriris. Alhasil nyeri seharian padahal beberapa hari sebelumnya juga kena pisau pas di area yang sama. Entah lagi mikirin apa.

Malamnya, mau bakar daging kok ya malas. Jadi, malam itu yang BBQ cuman kakak ipar dan saya hanya nyomot beberapa saja. Ayam yang sudah dimarinasi sejak pagi nganggur deh dalam kulkas.


Baca Buku



Bosan nonton film, saya beralih membaca buku. Habis bongkar lemari buku, ternyata ada setumpuk novel yang belum selesai dibaca dari tahun lalu. Mau nggak mau harus dibaca karena tahun 2021 karena ingin kembali menulis fiksi. Sudah dapat teror dari beberapa teman yang selalu nanya kapan saya nulis novel lagi. Terharu dong.

Terlalu lama hibernasi membuat saya lupa bagaimana cara memulai cerita. Membaca, membantu menyegarkan ingatan bagaimana cara memulai sebuah cerita. Semoga istiqomah dan nggak terdistraksi sama hal lain. Doakan saya.


Baca juga: 

Saya Membenci Perayaan Tahun Baru 

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Corona Berakhir? 


Tidur Awal


Saat malam pergantian tahun, saya tidak berniat untuk mengubah pola tidur. Biasa saja seperti hari-hari sebelumnya. Saya tidur sekitar jam 8 malam sehabis membaca dan menonton beberapa episode drama.

Alhamdulilah nyenyak sampai pagi, tetangga sebelah pengertian banget. Biasanya mereka paling ribut karena menyalakan petasan dan membuat tidur terganggu. Semakin berumur, saya tidak menyukai suara petasan. Rasanya nggak nyaman di dada. 2 tahun lalu saya pernah nangis tepat jam 00.00 karena tetangga sebelah menyalakan petasan yang gila-gilaan.

Lagi enak-enak tidur lalu mendengar suara keras, rasanya gelisah. Saya nangis nggak karuan karena bunyi petasan nggak berhenti-berhenti. Mami sampai panik dan Papi akhirnya kirim sms sama tetangga sebelah.

Fyuh pokoknya drama banget kalau menjelang akhir tahun, tapi saya bersyukur tahun ini bisa tidur dengan damai.

Perayaan tahun baru, haruskah dirayakan?
Pengalaman Tragis di Akhir Bulan

Pengalaman Tragis di Akhir Bulan

pengalaman tragis di akhir bulan


Pengalaman Tragis di Akhir Bulan


Saat kuliah dulu, ortu memberikan saya uang jajan sebesar Rp. 300.000 selama satu bulan. Semua itu sudah termasuk uang makan, transportasi, pulsa dan kebutuhan sehari-hari. Entah bagaimana caranya mengelola, pokoknya tiga ratus ribu itu sudah harga mati.

Awal kuliah, saya selalu bareng kakak ke kampus, pun saat pulang. Terkadang untuk menghemat, saya rela tidur di mobil sambil kegerahan untuk menunggu kakak selesai kuliah. Kami beda jurusan dan kadang beda jam pulang kuliah. Huh, capek juga sih kalau nunggunya kelamaan, tapi nggak papa deh setidaknya bisa menghemat uang jajan.

Di awal bulan rasanya tuh bahagia sekali, uang masih banyak jadi kadang suka khilaf buat foya-foya. Membeli hal-hal nggak penting, seperti benda-benda berwarna merah muda. Entah buat apa, pokoknya beli aja. Terus baru sadar di akhir bulan, keuangan mulai menipis dan ujung-ujungnya harus kembali berhemat.

Sebagai mahasiswa kekurangan uang itu sudah kayak trademark meski saya tidak ngekos seperti teman-teman lainnya. Ada saja pengalaman tragis di akhir bulan yang konyol untuk diceritakan. Seperti waktu itu yang menurut saya paling parah.


Kehilangan Kartu Loker Perpustakaan



Hari itu saya ke perpustakaan untuk mencari literatur buat proposal skripsi. Sama seperti peraturan beberapa perpustakaan, kami tidak boleh membawa tas ke dalam. Tas harus dititipkan di loker yang dijaga oleh petugas.

Selesai mengambil dompet, handphone dan buku untuk mencatat. Saya mengambil kartu loker yang diserahkan oleh petugas lalu naik ke lantai 2 di mana tempat perpustakaan Fakultas Psikologi berada. Saya memilih tempat di pojok, meletakan buku catatan sebagai tanda, kemudian mencari literatur yang saya butuhkan melalui komputer.

Keasyikan mencatat membuat saya lupa waktu nggak terasa sudah sekitar jam satu siang. Rencananya mau sholat dulu terus balik pulang ke rumah, sampai di depan loker penyimpanan tas, saya membuka dompet mencari kartu loker. Ternyata kartunya nggak ada, panik dong saya. Akhirnya saya kembali masuk ke dalam. Mencoba menelusuri pelan-pelan lokasi yang tadi saya lewati. Ketar ketir karena menghilangkan kartu loker perpustakaan kena denda Rp. 50.000. Duh, pas buka dompet uangnya cuman sisa Dua Puluh Ribu Rupiah. Hiks rasanya pengin nangis dong.

Setelah berkali-kali mencari, saya menyerah dong. Akhirnya saya bilang sama penjaga loker kalau kartunya hilang. Sempat dikasih kesempatan untuk mencari lagi tapi saya bilang kalau sudah berkeliling 3 kali. Akhirnya saya mencoba menelepon salah satu teman yang kebetulan ada di kampus. Saya menceritakan kejadian yang dialami, untungnya teman saya bawa duit lebih. Kebayang kalau nggak. Bisa nangis beneran saya.

Alhamdulillah bisa keluar juga dari perpustakaan setelah drama kehilangan kartu. Rencana pulang langsung batal, sehabis shalat saya memutuskan main ke lab komputer saja untuk mendinginkan diri dan pikiran.

Sejak tragedi itu, tiap main ke perpustakaan atau ke lokasi yang ada penyimpanan loker saya suka insecure takut kehilangan kartu lagi.


Baca juga:


Menantang Banjir



Keluar dari Lab komputer saya baru menyadari bahwa di luar hujan deras, kebetulan lab komputer kampus memiliki peredam suara jadi nggak bisa mendengar suara di luar. Nah, daerah Darmawangsa, tempat kampus saya berada itu merupakan daerah langganan banjir sejak dahulu kala.

Fyuh, bingung dong bagaimana mau pulang. Kakak menelepon mau menjemput ternyata dia sedang main ke kampus, tapi saya nggak enak sama teman yang tadi meminjamkan uang. Masak iya habis pinjam uangnya saya tinggalkan begitu saja.

Mobil teman saya jenis sedan, nggak mungkin bisa menembus banjir tinggi. Ya sudah pasrah saja menunggu air surut. Lagipula besok libur kuliah. Jam 20.00, kami memutuskan menerobos pulang. Sempat ketar-ketir juga bisa nggak ya pulang dengan selamat menantang banjir,

Sesudah mengisi bahan bakar, kami melanjutkan perjalanan. Eh, ternyata kami ditipu dong, tanda lampu bensin masih kedap-kedip. Jadi, barusan bensin yang kami isi tidak bertambah. Huu sedih di tengah banjir begini. Teman saya yang menyetir mulai panik dong, sambil berdoa saya menenangkan dia.

Akhirnya kami bisa melewati banjir tinggi di daerah Kertajaya. Mampir lagi ke Pom Bensin untuk kembali mengisi bahan bakar. Sisa uang Dua Puluh Ribu saya kasihkan karena uang teman saya hanya tersisa Rp. 50.000.

Setidaknya bensinnya bisa terisi dan cukup sampai rumah.

Hari itu benar-benar pengalaman tragis yang terlupakan sampai sekarang. Kejadiannya juga pas akhir bulan ketika keuangan sudah mulai seret. Kejadian itu semacam pengingat untuk tidak boros menghabiskan uang yang ada. Sering ada kejadian yang tidak terduga.

Kalian ada pengalaman apa soal drama akhir bulan?
Teruntuk Tikha

Teruntuk Tikha

tangkuban perahu, surat cinta, surat, teruntuk tikha, wisata bandung



Dear Tikha,


Tahun ini usiamu genap 36 tahun, usia yang kata orang sudah lewat untuk memasuki usia pernikahan. Beruntung saja kamu tinggal di kota, bukan di desa yang bakal jadi omongan tetangga karena usia di atas 30 tahunan masih betah melajang.

Kadang, aku heran. Mengapa sih orang-orang sibuk menanyakan hal yang nggak penting kepada orang lain? Beneran peduli atau sibuk mencari bahan untuk diomongkan kembali sama orang lain? Entahlah.

Apakah kamu bahagia? Menyendiri selama ini?

Aku tahu kok bagaimana kamu diam-diam di tengah malam yang sunyi terkadang memikirkan hidupmu yang hanya stuck di sini. Di kala beberapa temanmu sibuk merajut kisah cinta dengan pasangan, kamu sendiri hanya berteman kesendirian. Memikirkan apakah nanti akan ada masanya kamu memiliki pasangan yang bisa diajak ngobrol, peluk menjelang tidur?

Tak apa Tikha. Tak ada yang namanya ketinggalan.

Bukankah Kah kamu tahu, Allah tidak pernah ingkar? Mungkin saja dia tengah menyiapkan seseorang yang memang benar-benar tepat denganmu. Allah tidak mau membuatmu tersakiti lagi, seperti dulu. Allah sengaja membawa pergi lelaki yang mendekatimu karena tahu bahwa mereka itu bukan untukmu.

Berbahagialah, lakukan apa yang kamu sukai. Jangan hiraukan apa kata orang tentang dirimu. Kamu tidak butuh validasi dari orang lain untuk merasa bahagia. Kamu yang pegang peranan itu bukan orang lain.

Aku tahu, selama bertahun-tahun kamu hidup dengan prasangka orang. Ketika masih kanak-kanak, mungkin kamu hanya menganggapnya angin lalu bahkan tak segan-segan kamu protes pada teman-teman yang mengejekmu ‘robot.’ i’m proud of you. Kamu belajar untuk mengatakan apa yang tidak disukai kepada orang lain.


Seiring berjalannya waktu, kamu tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Katamu, ‘omongan orang itu tajam, dan kamu tidak ingin tersakiti.’ Kamu memilih menyimpan rapat-rapat semua perasaanmu dan hanya berteman dengan buku diary. Sejak itu kamu tidak menyukai tatapan orang lain yang seolah iba atas kondisimu. Kata orang kamu penyakitan, bodoh dan menyedihkan.

Maaf ya Tikha, saat itu aku tak bisa melindungimu. Aku memilih bersembunyi dibalik ketakutanmu itu, memilih diam, menyaksikan kamu berjuang dengan pergulatan batin masa remaja dan tekanan hidup yang keras.

Aku bersalah. Ketika membiarkanmu memiliki pikiran untuk bunuh diri. Seharusnya., aku yang paling membelamu saat itu. Maaf, aku sama lemahnya denganmu, tapi aku bangga padamu. Kamu bertahan meski rasa sakit tiap malam menderamu.


Terima kasih Tikha, sudah bertahan. Kamu sudah melakukan hal yang terbaik selama ini.

Sekarang, aku semakin bangga padamu. Kamu tumbuh menjadi pribadi yang mulai terbuka dengan orang lain. Perlahan, kamu percaya bahwa tidak semua orang berprangsangka buruk padamu. Aku tahu kamu masih belajar untuk itu. Good job.

Satu lagi, kamu hebat sudah melewati masa-masa pemulihan sehabis operasi. Tetaplah sehat biar kita bisa merangkai hari yang penuh bahagia bersama. Ada banyak impian yang belum kamu penuhi. Mengunjungi negara Jepang seperti yang sudah kamu tulis di postingan blog, menikah dan mengunjungi Baitullah bersama keluarga besar.


Baca juga: A Letter To Hana


Aku dari masa kecilmu akan menjadi saksi dari kebahagianmu itu. Sekali lagi terima kasih sudah bertumbuh dan bertahan dalam waktu yang lama. Aku selalu bangga padamu.

Mari berbahagia, Tikha. Kita sambut usia 36 tahunmu dengan penuh rasa bersyukur karena Allah membantumu hingga saat ini.


Salam sayang, 


Aku dari masa kecilmu.

Tentang Matematika

Tentang Matematika

pelajaran matematika, tentang matematika, kelas matematika


Tentang Matematika dan Didikan Papi yang Keras


“Pelajaran apa yang tidak kamu sukai?”


Tentu saja saya akan menjawab dengan lantang, Matematika.


Saya lupa kapan tepatnya menyatakan ketidaksukaan pada Matematika karena semua masih baik-baik saja saat Sekolah Dasar. Masih menikmati pelajaran yang memang nyatanya membantu menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Namun, seiring waktu mulai muncul permasalahan yang berkaitan dengan pelajaran Matematika. Mulai dari hal kecil sampai membuat saya merasa amat tidak nyaman.

Ortu mendidik kami dengan cara yang bisa dibilang lumayan keras. Keduanya memfokuskan bagaimana kami bisa juara kelas, meski saya tidak ditarget apapun karena kondisi kesehatan, tapi saya tidak mau menjadi bayang-bayang kedua kakak. Saya ingin membuktikan pada ortu bahwa saya mampu.

Setiap sore kami bertiga mempunyai jadwal khusus dengan Papi yaitu menghafalkan perkalian. Mulai dari menyebutkan hingga tebak-tebakan. Jika ada yang terlewatkan alias lupa, Papi tidak segan-segan memukul kaki kami menggunakan pecut/penebah (alat untuk membersihkan tempat tidur).

Buat kami bertiga, setiap sore sudah seperti ruang pengadilan. Menyeramkan karena membayangkan rasa sakit ketika dipukul. Saking kesalnya dengan cara Papi mendidik kami, Mas Wawan membuang pecut tersebut jauh-jauh.

Apakah Papi berhenti?

Oh tidak. Semua itu terus berlanjut sampai SMP.


Sakit Perut dan Nilai Merah Di Raport


Menginjak Sekolah Menengah Pertama, saya mulai merasakan ketidaknyamanan menghadapi pelajaran Matematika, saat itu saya kelas 3 SMP. Guru yang mengajar sih biasa saja, hanya saja kadang beliau suka gemas pada siswa yang tidak mengerti. Setiap kali ada PR atau pelajaran Matematika, rasanya enggan pergi ke sekolah.

Memasuki SMA, kecemasan saya dengan pelajaran Matematika meningkat. Kondisi terparah ketika kelas 2 SMA. Di sekolah kami ada 2 orang yang mengajar Matematika, keduanya sama-sama perempuan dengan usia cukup lanjut. Keduanya memiliki metode cara mengajar yang berbeda.

Guru Pertama, tidak pernah menggunakan kekerasan saat mengajar. Hanya saja cara mengajarnya cepat dan cuek. Mau mengerti apa tidak, itu urusan kamu. Sedangkan, guru kedua kebetulan juga wali kelas. Beliau beberapa kali mencubit siswa yang tidak bisa mengerjakan.

Saat beliau mengajar tidak ada yang bersuara. Seolah-olah semua siswa memasang gelembung udara guna melindungi diri dari tatapan sinar laser Bu Guru. Disuruh maju ke depan sudah seperti hukuman apalagi kalau kamu tidak bisa mengerjakan. Siap-siap saja kulit perut/tanganmu membiru kena cubitan.

Setiap kali pelajaran Guru tersebut, mendadak saya diserang diare/perut nyeri, alhasil saya selalu izin pergi ke UKS. Menghilang tiap kali pelajaran Matematika.

Hal lucu yang pernah dilakukan ketua kelas karena memang tidak suka dengan cara mengajar beliau. Waktu kelas kami berada di lantai 2, ketua kelas mempunyai ide buruk, mengunci setiap pintu menuju lantai 2, supaya guru tersebut tidak mengajar. Astaga. Beberapa kali juga, Ketua Kelas sengaja tidak memanggil Ibu tersebut ketika pergantian pelajaran, sehingga lupa mengajar.

Guru tersebut sudah kayak public enemy bagi para siswa.

Ada kejadian lain yang berhubungan dengan Matematika, waktu itu saya baru masuk sekolah setelah hampir 1 bulan pasca pemulihan operasi. Waktu itu pelajaran Matematika, saat merasa frustasi karena tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh Guru.

Baca juga:

 Pengalaman Mengajar Murid Kembar


Sepulang sekolah saya menangis karena nggak paham dengan apa yang diajarkan hari itu. Mami mendengar tangisan saya dan beliau pun mencarikan Guru Les Privat. Seiring waktu saya mulai kembali mengikuti pelajaran yang tertinggal termasuk Matematika.

Satu hal yang mengejutkan ketika penerimaan Raport Caturwulan I, saya mendapat nilai 4 pada pelajaran Matematika. Untungnya pada caturwulan berikutnya saya memperbaiki semua yah, tetap saja nilai Matematika saya di raport 6.

Kelas 3 SMA, saya masuk jurusan IPA seperti yang diminta oleh Papi. Rasanya tersiksa karena jam pelajaran Matematika menjadi lebih banyak beberapa jam. Untungnya Guru yang mengajar enak, sehingga saya bisa menjalaninya dengan baik.


Mengulang Statistik Hingga 3 x Saat Kuliah



Saya pikir masuk jurusan Psikologi merupakan hal yang tepat karena masuk ke dalam Jurusan Sosial jadi secara tidak langsung tidak terlalu banyak urusan hitung menghitung. Ternyata saya salah.

Di Psikologi ada banyak mata kuliah yang berhubungan dengan Matematika, salah satunya Statistik. Mata kuliah ini dibagi 2 menjadi Statistik 1 dan Statistik 2.

Suasana kuliah beda dengan ketika Sekolah Menengah Atas, cara mengajarnya juga berbeda lebih ke based experience, tapi tetap saja untuk kuliah statistik saya merasakan cemas. Entah kenapa kayak ada perasaan nggak nyaman tiap kali kuliah statistik.

Pernah dong sudah fokus mendengarkan penjelasan dari dosen tetap saja saya nggak ngerti. Untungnya nggak kebagian ditunjuk sama dosen.

Saat pembagian KHS, saya kaget ternyata nilai statistik saya E, wuih. Perasaan saya rajin mengerjakan tugas deh. Semester berikutnya saya mencoba kembali mengulang dengan beberapa teman, nilai saya naik dong jadi D. Hahah.

Berhubung mata kuliah wajib, mau tidak mau saya harus mengulang meski rada malu karena harus mengulang sama adik kelas. Saat kuliah milih duduk di bagian belakang, malu sama para adik-adik. Alhamdulillah hasilnya bagus, nilai saya jadi A/B,

Buat saya pelajaran matematika itu masih tetap menakutkan, mungkin efek dari pola asuh masa lalu membuatnya menjadi sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Padahal pelajaran berhitung lainnya tidak masalah bagi saya. Entahlah.

Kalau kalian ada pengalaman buruk nggak tentang matematika?
 10 Hal Kecil yang Bikin Saya Bahagia

10 Hal Kecil yang Bikin Saya Bahagia



10 Hal kecil yang bikin Bahagia

What Makes you Happy?


Bicara tentang kebahagiaan, kayaknya nggak ada takarannya tiap orang? Berbeda tergantung apa yang pernah dialami dan bagaimana kadar bahagia orang tersebut kala itu. Nggak pasti.

Bahagia versi saya, belum tentu berlaku untuk orang lain juga. Jadi, jangan pernah memaksakan standar bahagia versimu kepada orang lain. Namun, satu hal yang perlu diingat bahwa sebenarnya rasa bahagia itu mudah untuk diciptakan karena letaknya bahagia itu ada di hati.

Sebenarnya saya sudah pernah menulis postingan di blog berbau bahagia sebelumnya, namun nggak ada salahnya deh menuliskannya kembali. Rasa bahagia itu menular, siapa tahu setelah baca postingan saya, kamu juga jadi ikutan bahagia.

Yuk mari berbahagia bersama.


10 Hal Kecil yang Membuat Saya Bahagia



Bisa Tidur Nyenyak Di Malam Hari


Sebagai seseorang yang pernah mengalami insomnia bertahun-tahun lalu, saya paham bagaimana rasa terjaga di malam hari sedangkan orang lain asyik dibuai mimpi. Kadang bisa tidur, hanya saja pikiran ini berjalan kemana-mana. Alhasil bangun tidur, tubuh sudah merasa lelah duluan.

Bisa Kentut yang Keras


Astaga, sebenarnya ini cukup memalukan sih. Nggak tahu kenapa, saya bahagia banget bisa kentut dengan keras setelah seharian melakukan aktivitas, kayak berasa lega gimana gitu. Syaratnya sih kalau mau kentut begini di rumah saja, jangan sampai di tempat umum. Bikin malu!


Baca juga:


Ketika Keponakan Bilang, “Makasih Aunty, Makanannya enak.”


Saya sering memasak untuk orang rumah, kadang memang melelahkan tapi hal yang membuat saya bahagian ketiga keponakan masuk ke kamar, terus memeluk sambil bilang, “Makasih Aunty, Masakannya Enak.” Rasa lelah habis masak itu kayak langsung lumer.


Melihat-lihat Foto Bagus Di Instagram/Pinterest


Satu hal yang bisa mengembalikan mood saya yang berantakan adalah dengan melihat foto-foto bagus di Instagram dan Pinterest. I don’t know why, makes me better even when i’m feeling blue. Kayak semacam penyembuh dan tentu juga pemantik ide ketika nggak tahu mesti mengerjakan apa.

Saya sering meluangkan waktu untuk main-main di Instagram dan Pinterest. Biasanya kalau menemukan foto bagus yang tentunya sesuai dengan selera akan saya simpan. Nanti, saya akan coba menduplikasi ketika ingin memotret.

Memotret


Dari dulu, obat saya ketika sedang merasa bosan, sedih adalah dengan memotret. Benda apa pun, rasanya membuat pikiran saya terasa lebih baik karena pada dasarnya saya memotret untuk menghibur diri kecuali untuk pesanan klien yang memang harus mendapatkan hasil yang sesuai permintaan. Sehabis menekan shutter, kayak ada yang plong.


Memasukkan Barang Belanjaan Di Ecommerce


Entah kapan kebiasaan ini mulai muncul, pastinya hampir tiap malam saya mencari barang-barang yang saya ingin beli di E-Commerce ke dalam keranjang belanjaan. Sampai bertumpuk terus keesokan harinya dihapus, gitu aja terus.

Belanja kagak cuman cuci mata tapi bikin hati senang, maklum pandemik Covid belum berakhir jadi nggak bisa kemana-mana deh.


Melihat Film Lucu


Bahagia itu menular. Nah, biar hormon kebahagiaanmu terus menguar coba deh menonton flim lucu yang bikin kamu terbahak-bahak hingga meneteskan air mata saking nggak bisa nahan ketawa. Dijamin hormon endorfinmu akan berlimpah dan membuat moodmu lebih baik.


Melihat Pria Tampan


Saking seringnya memajang foto-foto aktor korea di Instagram Story, beberapa teman yang mengenal saya selalu bilang bahwa kalau pengin cuci mata coba deh main ke instagram saya.

Well, buat saya lelaki-lelaki tampan itu pengganti coklat yang sama-sama mengeluarkan hormon endorfin ketika melihatnya. Bahagia deh.


Membeli Skincare


Beberapa tahun terakhir ini, mencari-cari skincare yang tepat untuk kulit wajah merupakan salah satu kegiatan yang membuat saya bahagia. Kemasan yang lucu membuat saya ingin membawa mereka pulang terlebih lagi jika hasilnya terasa di kulit. Saking sukanya dengan skincare, saya bahkan sering membaca-baca artikel yang berhubungan dengan kecantkan.


Menikmati Senja


Beberapa tahun lalu, saya punya kebiasaan berburu matahari terbenam. Kebetulan di depan komplek perumahan masih ada area persawahan yang bisa dipakai untuk melihat senja.

Indah.

Menyaksikan kebesaran Allah SWT lalu belajar untuk bersyukur bahwa saya ini hanya seorang manusia kecil di hadapan Allah. Sayangnya, kegiatan ini sudah jarang saya lakukan lagi, namun tetap saja langit merah saya senja itu bikin hangat ketika melihatnya.

Sebenarnya masih banyak sekali hal-hal kecil yang bikin bahagia, hanya saja sebagai manusia seringkali banyak mengeluhnya sehingga lupa tentang rasa bahagia itu sendiri.

10 Kebahagiaan kecil versi kamu seperti apa? Boleh dong cerita.


Pengalaman Mengantri Membeli Handphone

Pengalaman Mengantri Membeli Handphone

Pengalaman Mengantri, mengantri, antrian



Pengalaman Mengantri Membeli Handphone



Beberapa tahun silam, saya dan Mbak Dini (kakak perempuan) pernah ikutan mengantri untuk membeli handphone Nokia. Waktu itu, brand tersebut mengeluarkan model baru dengan keyboard Qwerty yang bisa terbilang masih jarang.


Ketika tahu bahwa akan ada pembelian langsung, kami antusias untuk ikutan. Selisih harga yang ditawarkan bisa dibilang lumayan daripada ketika harga barang tersebut beredar di pasaran (otak dagang mulai bermain).


Malam itu kami mulai mencari tahu lagi lebih detail, jam berapa acara dimulai sehingga bisa mempersiapkan diri. Tentunya malam itu kami tidur lebih awal supaya kondisi tetap prima selama acara berlangsung.


Pagi hari, sempat ada pembicaraan serius di antara kami berdua. Keraguan muncul, akankah kami siap untuk melakukan hal ini. Yah, maklum seumur hidup belum pernah beli barang yang harus mengantri panjang. Mba Dini sempat pesimis karena nantinya kondisi akan ramai serta khawatir dengan kondisi kesehatan saya. Well, pada akhirnya kami tetap lanjut untuk berkerumun bersama ratusan orang sekalian mau sedikit melakukan pengamatan.



Kelakuan Orang Ketika Mengantri


Kami berdua sampai di lokasi sekitar jam 08.00 pagi, sudah terlihat antrian yang mengular di depan lobby Royal Plaza. Padahal acara peluncurannya akan dilakukan tepat jam 10.00. Terlihat antusias warga Surabaya yang luar biasa.


Jika ingin mengamati karakter orang lain, lihatlah saat mengantri.  


Sembari berbaur dengan antrian, saya asyik mengamati karakter para orang-orang dalam barisan. Ada yang datang dengan pakaian kaos oblong model singlet, celana pendek lengkap dengan topi dan kacamata hitam. Ada juga yang bawa koran, jika lelah bisa duduk di bawah. Ada juga yang pakai joki, kayaknya sih penjual handphone di mall, pakai jasa babysitter anaknya, dilengkapi sama payung.

 

Kami berdua?


Pakai baju biasa aja dengan bahan kaos yang adem dan menyerap keringat, polosan nggak pakai topi karena sudah pakai hijab dan tidak lupa pakai sunblock biar tidak gosong. Oh iya, tidak ketinggal dua botol air mineral.


Semakin siang, antrian makin panjang. Matahari semakin naik. Mulailah diuji ketahanan diri. Emosi mulai naik sedikit, gesekan sama yang di depan saja sudah memicu pertengkaran. Saya malah ngajak ngobrol sama orang yang di depan.


Sekitar jam 09.00, datang seorang wanita yang tiba-tiba mencolek saya. Bertanya pada kami, apakah boleh menyela antrian. What? Kami berdua saja sudah rela datang pagi demi dapat antrian di bagian depan, ini perempuan baru datang minta tempat. 


Saya menolak dong,eh si dia ngerayu Bapak di bagian depan. Kami berdua membisiki si Bapak agar ikutan menolak, masak iya rela memberikan tempatnya untuk orang yang tidak dikenal, dan terlebih lagi wanita tersebut dalam keadaan sehat bugar.  Bapak tersebut ikutan menolak, perempuan muda tersebut pergi meninggalkan kami.


Rupanya, perempuan tersebut berhasil merayu lelaki muda yang berada beberapa langkah di depan kami. Dia pun berhasil menyela antrian. Saya cuman ketawa, pasti sebentar lagi bakal ada yang model begini lagi datang. Benar saja, seorang wanita muda ingin menyerobot antrian, sayangnya dia nggak berhasil yang ada malah disoraki banyak orang.



Baca Juga:


Beginilah yang bikin kesal ketika kita tengah mengantri di suatu tempat, akan selalu ada orang-orang yang pengin didahulukan padahal sudah ada banyak orang yang lebih dulu mengambil tempat. Banyak alasan yang dikeluhkan mulai dari kakinya sakit, terburu-buru dan bahkan ada yang cuek bebek nggak merasa bersalah karena sudah mengambil hak orang lain.


Kalau lagi malas berdebat sama orang biasanya saya memilih mengalah, cuman kalau lagi lelah terus hak saya diambil. Ngamuk dong. Dia pikir, saya tidak punya kepentingan lainnya apa?


Apakah kami berhasil mendapatkan HPnya?


Berhasil dong. Dapat Hp dengan harga murah itu sebuah keberuntungan, meski kaki letih karena berdiri beberapa jam. Selain itu, ada banyak cerita dan pengalaman yang kami dapatkan. 


Mengantri itu membuat kita belajar tentang kesabaran.


Kalian, kalau lagi antri dan diserobot orang, biasanya apa yang dilakukan?


Cerita di Sekolah Dasar

Cerita di Sekolah Dasar

cerita di sekolah dasar, pertemanan



They Call Me Robot



Saya masih ingat kala itu, baru masuk sekolah setelah sekian bulan berada di RS karena harus menjalani Operasi Jantung Bawaan yang ternyata hasilnya tidak bagus sehingga saya dipasangkan Pacemaker.


Hari pertama di sekolah, semua terasa asing. Rasanya saya tidak mengenali teman-teman sekelas, padahal kami dulu pernah berada di kelas yang sama ketika duduk di kelas 1, Sekolah Dasar.  Saya seperti anak baru.


Beberapa teman bertanya, kenapa saya lama tidak masuk sekolah? Mereka tahu saya sakit tapi tidak pernah tahu nama penyakit yang saya derita. Saya yang masih malas menjawab memilih diam.


Suatu hari, Guru sekolah saya menjelaskan bahwa saya habis operasi jantung dan di dalam tubuh saya ditanam baterai. Sontak, mereka menoleh ke arah saya. Memandang seolah-olah saya manusia dari planet mana.


“Kayak Astro Boy dong?” salah satu teman menyeletuk. Diikuti tawa beberapa teman lainnya.


Kalian yang lahir di era 90-an mungkin paham dengan karakter kartun Astro Boy, seorang robot yang bisa terbang ke luar angkasa.


Hari itu, saya mendapat julukan baru dari teman-teman, Astro Boy.


Awalnya saya sik cuek saja dengan julukan itu karena merasa mereka hanya bercanda. Kelamaan, semakin banyak teman-teman yang memanggil saya robot atau Astroboy dan itu amat menjengkelkan. Puncaknya, saya menendang salah satu teman karena merasa sudah keterlaluan. Saya menangis, membela diri bahwa saya bukan robot.


Pertengkaran itu membuat saya dibawa ke ruang Kepala Sekolah, ditenangkan. Kebetulan salah satu Guru di sana adalah kerabat. Beliau langsung menelepon Mami yang tengah kerja. Saya dijemput pulang.


Ejekan itu tidak pernah berhenti, saya kadang masih kesal kalau mereka memanggil saya dengan robot. Namun, teringat nasihat Mami bahwa apa yang diomongin temanmu tidak benar karena mereka tidak tahu sebenarnya kondisi saya sehingga Mami meminta saya mengacuhkannya.


Kelamaan, saya mulai terbiasa dengan panggilan tersebut dan memilih mengindahkannya.



Baca juga:


Pengalaman Mengajar Murid Kembar
Sebuah Janji di Masa Kecil
 

Teman yang Suka Drama


 

Memiliki teman yang suka drama buat saya cukup membingungkan sekaligus menyebalkan. Saya seperti diajak bermain tebak-tebakan, kapan dia marah, kapan dia senang atau kapan dia gembira. Pokoknya harus fokus sama dia.


Bisa dibilang, saya itu bukan seseorang bergantung sama satu teman. Teman saya banyak, jadi ketika ada satu yang berulah, saya tidak akan khawatir sendirian. Saya masih memiliki teman lainnya.


Nah, ceritanya saya memiliki dua sahabat wanita yang dekat, sebut saja K dan E. Kami ke sana kemari bersama. Selain E dan K, saya punya teman dekat lelaki, ada si F dan N. Saya sering menghabiskan waktu bersama mereka saat istirahat.  


Suatu hari si E ini tiba-tiba berhenti menyapa saya. Pokoknya tiap bertemu, sukanya buang muka. Saya benar-benar nggak tahu salahnya di mana. Saya coba telepon ke rumah si E, telepon saya ditolak. Fyuh. ribet banget ya pertemanan ini.


Kalau tidak salah permasalahan ini cukup lama berlangsung. Rasanya menjelang kelas 6 kami baru berbaikan, setelah saya tahu ternyata si F nggak suka sama tingkahnya E dan mereka ribut pas pulang sekolah.


Curiganya, E ini memang naksir F dan kebetulan F ini sering banget mainnya sama saya. Hubungan yang rumit dan saya kena akibatnya. Tenang saja, sekarang kami sudah baikan.


Yap, itulah beberapa cerita yang saya alami saat duduk di Sekolah Dasar. Ada banyak cerita yang terjadi yang beberapa memang melekat kuat.


Menulis ini membuat saya rindu masa itu


Cara Menaikkan Domain Authority

Cara Menaikkan Domain Authority

cara menaikkan domain authority




Cara Menaikkan Domain Authorithy


Beberapa bulan terakhir, beberapa WAG Blogger ramai membicarakan mengenai metode menaikkan Domain Authority. Pembicaraan mengenai topik yang satu ini memang tidak pernah habis untuk dibahas.

Sebagai seorang mengelola website pribadi, keberadaan Domain Authority itu kayak semacam evaluasi alias raport yang diberikan oleh Moz mengenai peringkat blog kita di mesin pencarian dengan rentang antara 1-100. Semakin tinggi nilainya, tentu akan membuat blog kita semakin terlihat kredibel di mata google (salah satu pusat mesin pencarian terbesar). Siapa sih yang nggak mau blognya kebanjiran trafik? Biar apa yang kita tulis bisa dirasakan manfaatnya oleh orang di luaran sana.

Domain Authority sekarang ini banyak dijadikan patokan oleh brand dalam memberikan pekerjaan kepada blogger. Tentunya mereka akan memilih website/blog dengan kualitas terbaik salah satunya nilai DA yang tinggi. Biasanya brand memiliki kriteria di kisaran 15 ke atas dan kadang ditambah dengan beberapa syarat lainnya.

Pantas saja para blogger suka baper kalau DAnya mendadak turun, maklum karena berhubungan dengan penghasilan. Sehingga, suka tidak suka, para blogger harus memperhatikan kualitas blognya supaya dilirik sama agensi.

Teknik Meningkatkan Domain Authority


Bicara soal DA, blog saya sudah pernah mengalami yang namanya naik turun. Blog pertama saya kotakwarna.com pernah mencapai di angka 20, lalu turun hingga 16 (sampai sekarang) sedangkan blog ini pernah berada di rangking 15, menurun sampai 8 lalu naik kembali ke angka 10.

Persoalan tentang nilai DA yang suka naik turun membuat saya mengikuti kelas gratis meningkatkan DA selama 30 Hari yang diprakarsai oleh mas Irwin dan Mas Pewe. Alhamdulillah saya bersyukur bisa terangkut dalam kelas ini.

Selama menyimak pembahasan di grup, saya mendapatkan banyak insight tentang apa saja sih faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan DA. ternyata ada banyak saudara-saudara, lumayan bikin kepala pusing.

Ternyata mengelola blog itu bukan sekedar menulis tapi juga rajin merawat supaya kualitasnya juga baik.


Memeriksa Kesehatan Blog


Hal yang pertama dilakukan adalah memeriksa kesehatan blog. Hal ini berkaitan dengan isi blog kita keseluruhan, seperti konten, struktur blog, kecepatan, navigasi dan banyak hal lagi.

Untuk mengecek kesehatan blog, bisa menggunakan Seoptimer yang bisa diakses secara gratis (hanya 1x sehari). Di situ kamu akan mendapatkan gambaran tentang blog yang meliputi SEO (ulasan mengenai seberapa penggunaan SEO dalam blog), Usability (bagaimana blogmu mudah diakses, mobile friendly, dll), Performance ( di sini menunjukkan tentang kinerja blog, kecepatan,dll), Social Result (Meliputi ikon media sosial yang terpasang di blog), Security (Keamanan dari sistem blog). Di akhir, kamu akan menemukan rekomendasi yang harus diperbaiki.


Membuat Konten yang Berkualitas


“Konten adalah Raja”


Konten di blog ibarat barang dagangan yang harus kita pasarkan nantinya. Tentunya kita tidak mungkin asal menjual barang tersebut ke pasaran tanpa mempertimbangkan tentang isi, kemasan, rasa dan sebagainya.

Pun dengan isi dalam blog. Tentunya kita harus membuat konten yang memiliki manfaat dan informasi bagi para pembaca. Bukan sekedar nangkring di halaman pertama google namun isinya cuman klik bait. Pedih, cuy.

Supaya konten yang kamu hasilkan memiliki kualitas yang bagus dibutuhkan riset yang mendalam, biar nanti tidak menyesatkan pembaca. Konten di sini tidak melulu tulisan, bisa video, gambar dan infografis dan diperlukan riset keyword yang tepat sebelum menulis supaya kelak tulisanmu lebih bisa menjangkau banyak orang. Jangan sampai tulisannya bagus, namun tidak banyak yang mencarinya di mesin pencarian.

Konten yang berkualitas bisa membantu mendongkrak Domain Authority. Dengan senang hati mereka akan mereferensikan konten yang telah kita buat apabila dirasa memiliki manfaat.

Beberapa foto produk kecantikan saya pernah dipakai rujukan beberapa website besar dan lumayan bisa dapat backlink berkualitas gratis.

Menerapkan Seo On Page


Beberapa alasan kenapa tulisan blog tidak mendapatkan banyak trafik, karena belum menerapkan SEO On Page yang tepat. Search Engine Optimization itu merupakan teknik di mana mengoptimasi tulisan kita supaya masuk ke posisi puncak mesin pencarian.

Kenapa harus di puncak?

Disitulah sumber trafik berada. Para pembaca/pengguna mesin pencaharian biasanya lebih memilih web/blog yang berada di halaman pertama. Jika tidak menemukan apa yang mereka cari di halaman pertama, baru beranjak ke halaman kedua.

Supaya berada di halaman pertama google, ada beberapa hal yang harus diterapkan dalam SEO On Page:

  • Meta Title/ Judul: harus unik, memiliki keyword tertarget, terdiri dari 50-60 karakter, klik bait:
  • Meta Deskripsi: terdapat keyword tertarget, terdiri dari 150 kata. Harus menggunakan kalimat yang menjual
  • URL: terdapat kata kunci, jangan terlalu panjang (3-4 kata)
  • LSI Graph: menggunakan keyword turunan atau keyword related
  • Alt Image+title: memberikan judul gambar dan keterangan gambar 
  • Internal Link: menyematkan link dari konten lain yang relevan

Baca juga:





Membuang Link yang Rusak


Setiap bulan rajinlah memeriksa apakah ada link yang rusak di dalam blog kita. Entah itu berasal dari postingan kerjasama dengan klien yang sudah tidak aktif lagi atau dari kolom komentar.


Membagi Blog ke Media Sosial


Setelah tulisanmu selesai dipublish, jangan ragu untuk membagikannya ke media sosial. Media sosial bisa jadi wadah untuk memperluas jangkauan pembaca. Siapa tahu ada yang suka dengan tulisanmu lalu ikut membagikannya ke media sosial, itu bisa menjadi sinyal kepada google bahwa blog yang kamu miliki terpercaya sehingga bisa jadi teknik menaikkan Domain Authority.

Menerapkan Seo Off Page



Jika SEO On Page berkaitan dengan konten, maka SEO Off Page ini berkaitan dengan Backlink.

Backlink itu semacam voting dari website lain yang bilang sama google kalau website kita itu bermanfaat, terpercaya. Kalau di bidang penjualan kayak testimoni pelanggan atas produk yang kita jual.

Nah, Seo Off Page ini berhubungan dengan link building, di mana kita harus mengumpulkan banyak backlink ke dalam blog kita, namun tidak sembarangan link. Melainkan dari website-website yang terpercaya dan memiliki kualitas bagus.


Sabar dan Konsisten


Membenahi blog memang bukan perkara mudah. Lakukan dengan sabar dan juga konsisten. Insya Allah akan membuahkan hasil yang diinginkan.

Setelah 30 hari mengikuti kelas gratis, apakah DA saya naik? Ternyata tidak. Mungkin karena saya kurang konsisten dan kadang rasa malas lebih besar daripada penasaran. Padahal beberapa teman lain yang bergabung dalam kelas yang sama mengalami peningkatan.


Review Selama Mengikuti Kelas Menaikkan DA Gelombang 1:


Secara garis besar, kelasnya lumayan asyik. Materi yang disampaikan banyak cuman kadang sayanya malu-malu untuk bertanya dan jam materi yang terlalu malam sehingga tidak bisa menyimak dengan sempurna.

Semoga kedepannya para pengajar bisa lebih interaktif kepada murid-muridnya dan kalau bisa jam belajarnya jangan terlalu malam, keburu ngantuk.


Kesimpulannya:


Tetap semangat mengelola blog, jangan ragu untuk bertanya kepada teman-teman yang lebih ahli dan pastinya tetap menulis ya.