Menulis Naskah Drama Untuk Ujian Praktik Sekolah

Menulis Naskah Drama Untuk Ujian Praktik Sekolah



Bicara tentang kreativitas. Aku pernah dalam tahapan menganggap diriku tidak berbakat dalam bidang apapun. Keahlian menggambarku sama buruknya dengan tulisan tangan. Urusan jahit-menjahit aku memilih untuk terampil memasang benang apalagi menghasilkan suatu kerajinan. Intinya aku nggak bakat dalam bidang seni yang membutuhkan keahlian tangan.

Satu hal yang kusukai. Menulis.

Aku tidak tahu pasti kapan kegemaranku menulis itu dimulai. Yang pasti aku lebih suka membaca buku ketimbang menulis.

Aku cuman ingat bahwa aku punya sebuah buku diary bergembok. Berisi kisah cinta ala anak Sekolah Dasar selebihnya buku catatan biasa, isinya biodata teman-teman sekolah.

Menulis diary bisa jadi pemicu awal dari kesukaanku dalam menulis. Aku jadi terbiasa menggoreskan pena untuk menuliskan kegiatan sehari-sehari.
Kisah Gaji Pertamaku

Kisah Gaji Pertamaku



Kupikir saat lulus kuliah akan dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kayaknya bukan cuman aku saja yang merasa seperti ini. Semua orang yang melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi mempunya harapan yang sama yaitu pekerjaan dengan gaji yang mentereng.

Sayangnya, hidup tak seindah drama korea. Saat kamu sudah lulus kuliah tidak ada jaminan akan segera mendapat pekerjaan. Sekali lagi itu tergantung keberuntunganmu. Ada yang cepat mendapatkan pekerjaan dan sebagian lagi harus mencoba berulang-ulang sampai akhirnya memegang status pengangguran.

Aku salah satunya.

Seusai lulus kuliah aku menganggur. Tak punya tujuan. Entah lesap kemana idealisme yang membara saat kuliah. Aku malas melamar kemana-mana.

Aku mencoba peruntungan untuk mengikuti ujian masuk S2, namun nasib lagi-lagi memilih jalan yang lain. Aku gagal hingga kedua kali. Kesel tapi mau gimana lagi. S2 bukan jalan hidupku.

Agar tak terlihat menyedihkan. Ibu memasukkanku ke lembaga kursus bahasa Inggris. Kata Ibu, hitung-hitung untuk memperbaruli kemampuan bahasa Inggris. Kursus selama 2 tahun membuatku lebih percaya diri.

Seakan mengerti doaku. Allah mengirimkan sebuah pekerjaan. Lewat salah satu sanak famili akhirnya aku resmi bekerja. Sebagai Guru TK.

Jangan pernah deh kamu bayangkan kalau gaji seorang Guru itu besar. Sertifikasi dan segala macam tunjangan dari pemerintah harus diperjuangkan dengan susah payah.

Aku ingat saat Kepala Yayasan memberiku sebuah amplop. Aku sempat menebak-nebak berapa jumlahnya. Hari itu dengan penuh penasaran aku merobek amplop itu dengan hati-hati. Dan, apa yang kubayangkan tak sesuai kenyataan. Gaji pertamaku senilai Seratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah.

Sempat terbersit rasa kecewa tapai kemudian lekas mengucapkan syukur atas pemberian ini. Aku membeli sebuah tas dengan gaji pertamaku. Rasanya menyenangkan karena pada akhirnya aku punya uang sendiri.

Gajiku mengalami kenaikan setelah 3 tahun bekerja. Itu juga nggak banyak, kalau nggak salah ingat sebesar Dua Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah. Kenaikan gaji itu membuatku senang.

Gaji terakhirku sebelum pada akhirnya mengundurkan diri adalah sebesar Enam Ratus Ribu Rupiah dengan masa kerja 6 tahun.

Baca juga: When i'm out of comfort zone and how i deal with it

Mungkin buat kalian nominal gaji itu kecil tapi buatku nilai itu cukup besar. Entah kenapa rasanya cukup banget. Ya, mungkin tidak ada yang bisa mengalahkan logika Matematika Allah. Buatku ketika kita bersyukur, nilai uang sebanyak/sekecil apapun rasanya beda.

Aku pernah mengalami kegamangan saat ingin berhenti bekerja. Terbiasa mempunyai penghasilan tetap tiap bulan membuatku berat untuk meninggalkan pekerjaan ini. Tapi Allah itu adil. DIA menggantikan nominal gaji yang kuperoleh lebih besar daripada saat aku bekerja dulu.

See, jangan takut deh rejekimu akan tertukar dengan orang lain.


Salam,


Perjalanan Hidup

Perjalanan Hidup




Sebuah pesan singkat melalui sebuah aplikasi media sosial datang kepadaku sore itu. Sebuah teman yang kukenal dari media sosial dan sudah lama dia tidak menghubungiku. Dia bisa dibilang salah satu penggemar blog. Terkadang dia bahkan memesan sebuah tulisan dengan tema tertentu.

"Mbak, bisa bikinkan tulisan tentang motivasi,"  ujarnya dalam pesan singkat hari itu.

Aku terkekeh. Bocah ini ngilangnya lama. Giliran datang, eh tiba-tiba udah pesan tulisan yang rada berat begini. Aku tak langsung mengiyakan pesanannya saat itu. Hanya menulis Insha Allah.

Dua hari berikutnya, dia kembali mengirimiku sebuah pesan. Menanyakan kapan aku akan menulis permintaannya. Untung aja dia berada nun jauh di sana. Kalau dekat mungkin udah aku jitak. Dia pikir menulis itu mudah kali ya. Kebetulan juga saat itu saya tengah liburan ke luar kota dan sedang tidak ingin menulis apapun.

"Tulisan motivasi macam apa sih yang kamu minta?" respon yang kuberikan saat itu


"Pokoknya motivasi menjalani hidup biar nggak buntu, Mbak."


Hmmm, baiklah. Hari ini aku mau menyanggupi tulisan yang dia minta. Hei, Kamu. Baca ya sampai selesai.
Gurihnya Soto Ayam Keppo Pamekasan

Gurihnya Soto Ayam Keppo Pamekasan

soto ayam keppo pamekasan



Salah satu alasan kenapa saya suka mudik ke kampung halaman adalah sajian kulinernya. Bertemu dengan sanak famili sambil berwisata kuliner itu sudah jadi agenda khusus. Macam peribahasa 'Satu dayung, dua-tiga pulau terlampaui,"

Di Madura sendiri terutama Kabupaten Pamekasan ada banyak ragam sajian kuliner yang selalu bikin kangen. Rasanya nggak beneran pulang kampung kalau belum mencicipi salah satu kulinernya.

Makanan Favorit saya tiap kali pulang ke Pamekasan adalah rujak cingur. Nggak pernah ada bosan kalau berhubungan dengan makanan yang khas dengan petisnya. Yang membuat Rujak Madura berbeda dengan kuliner rujak yang lain adalah petis yang digunakan terbuat dari ikan laut.


Sayangnya, kali ini saya nggak membahas soal rujak melainkan Soto Madura.