Pengalaman Dimanfaatkan Teman

Pengalaman Dimanfaatkan Teman

Hand in frame, pengalaman dimanfaatkan teman, flatlay

Ketika Kebaikan Disalah Artikan


“Kamu orangnya terlalu baik sama orang, akhirnya banyak yang memanfaatkan kebaikanmu,” seorang sahabat pernah bilang begini sama saya.

Jujur saya dulu nggak paham dengan apa yang dikatakannya kala itu. Saya anggap kebaikan yang saya lakukan kepada orang membutuhkan bantuan masih dalam tahap wajar. Apalagi ajaran ortu sejak kecil adalah berbuat baik sama orang meski orang itu mungkin tidak menghargai yang kamu lakukan.

Jadi, saya tidak mempermasalahkan hal tersebut sampai suatu titik, ada sebuah kejadian yang membuat saya belajar untuk menghidupkan radar waspada terhadap orang-orang disekeliling. Ada kalanya saya harus belajar mengatakan ‘tidak’ terhadap permintaan orang lain.

Tidak membantu, bukan berarti kamu tidak perhatian pada mereka. Hanya saja ada sekelumit orang yang kerap kali mempergunakan kebaikan orang lain untuk kepentingan egoisnya. Ujung-ujungnya dia membuat kita menjadi korban atas kesalahannya sendiri. Ah, melelahkan, bukan?


Baca juga:


Pengalaman-Pengalaman Dimanfaatkan Teman



Ketika Teman Kabur Dari Rumah



Alkisah, saya punya seorang sahabat saat SMA. Kami mulai bersahabat ketika saat di kelas 2. Teman ngobrol, teman curhat dan teman ngemall bareng. Berhubung dia bisa mengendarai motor, saya sering pergi kemana-mana sama dia.

Suatu waktu, saya dan dia memang berniat untuk pergi ke Jogja bersama. Kebetulan, kakak perempuan saya saat itu tinggal di Jogja, memiliki rumah sendiri. Jadi, saya bisa mengajak teman untuk menginap di sana. Niat itu sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Rencananya,  kami berangkat ke Jogja setelah saya UAS.  Berangkat bersama-sama dari Surabaya denga supaya nyaman di perjalanan. Tak kala sedang asyik ngobrol sama teman di kampus, saya mendapat telepon dari Ibu sahabat saya, sebut saja A. Ibunya bertanya apakah kami sedang bersama ke Jogja karena si A dihubungi nggak bisa dari kemarin. Pamitan ke Jogja bareng saya.

Oalah. Serius saya yang nggak tahu apa-apa akhirnya berbohong kalau kami sedang di perjalanan ke Jogja, padahal sih nggak. Langsung saja saya telepon si A, tanya apa maksudnya ini. Dia nggak jawab, katanya biar nanti langsung menghubungi ibunya sendiri.

Singkat cerita, ternyata dia ke Jogja untuk bertemu dengan teman lelaki yang dikenal lewat chat. Waw, seberani itu saudara-saudara. Saya yang di Surabaya ketar-ketir, eh dia malah santai habis ketemu kekasih hatinya. Akibat drama kabur ini, hubungan kami merenggang, dia tiba-tiba putus kuliah dan pulang ke desa. Entahlah.

Beberapa tahun kemudian, dia main ke rumah bersama suaminya. Alhamdulilah semua baik-baik saja.


Dijadikan Back Up Ketika Pacaran



Kali ini cerita yang berbeda jaman SMP. Rumah saya sudah kayak markas buat teman-teman sekolah karena ada saja yang main ke rumah entah siang hari atau malam. Apalagi kalau malam minggu, ramai.

Saya punya teman, sebut saja R. Kami memang tidak terlalu dekat, tapi ya sering main bersama. Suatu hari saya main ke rumahnya di malam minggu. Di depan teras sama seorang teman. Tahu dong kalau wanita kumpul yang dibahas siapa? Lelaki.

Sekitar jam 8-an, dia pamit dong sama keluarganya mau main ke rumah. Sampai rumah, saya bingung kok ada lelaki naik motor gede sudah ada di depan rumah. Kenal juga nggak, eh ternyata itu pacar si R. Dia sengaja janjian di depan rumah dong. Pas, saya tanya alasannya, “soalnya kamu anak Guru, jadi ortuku bakal percaya sama kamu.”

Astaga sinting. 

Nggak cuman sekali, dia janjian sama seorang cowok di rumah. Pernah dong, pacarnya ditinggal di rumah, eh dianya keluyuran kemana naik motor si cowok tadi. Dan, saya disuruh nemenin. Sial.

Itu hanya sekelumit kisah bagaimana saya dimanfaatkan sama teman. Ya intinya, sih berbuat baik itu harus. Namun, jangan lupa waspada biar niat baik kita tidak disalah artikan sama orang lain. Jangan sampai kayak pepatah, Air Susu Dibalas Dengan Air Tuba.
Hal-hal yang Membuat Bahagia Di Februari

Hal-hal yang Membuat Bahagia Di Februari

hal yang membuat bahagia, wire grid


Hal-hal yang Membuat Bahagia di Februari


Akhir Januari lalu, beberapa area di rumah mengalami kerusakan. Mau tidak mau dengan terpaksa kami harus melakukan renovasi rumah. Bukan sebuah keputusan yang mudah karena ketika setuju melakukan perbaikan itu artinya mengijinkan orang lain masuk ke dalam area rumah. Apalagi di masa pandemi, rasanya riskan.

Jika terus ditunda, kok kayaknya makin nggak nyaman apalagi salah satu area yang terdampak adalah kamar saya dan kakak. Kamar tersebut menjadi lebih lembab, dindingnya mengelupas dan kadang mengeluarkan aroma khas jamur. Apalagi kakak perempuan sudah mulai batuk-batuk terus karena area kamarnya paling parah.

Sesungguh melakukan perbaikan rumah itu sungguh melelahkan. Rumah yang berantakan dan tabungan yang terkuras. Huft.

Selama renovasi kamar, saya mengungsi tidur di kamar Ibu sedangkan Kakak perempuan memilih mengungsi ke rumahnya. Alhasil semua kegiatan saya hanya berkutat di kamar dan kamar selama 24 jam. Tidak hanya saya sih, ortu juga bahkan ruang makan juga berpindah ke kamar. Segala panci, magic com bawa juga ke kamar. Mau keluar nggak bisa, rumah berantakan dan debu di mana. Memakai masker di dalam rumah pun dilakukan.

Baca juga:


Ternyata oh ternyata, masalah rumah mulai merembet kemana-mana. Tidak hanya kamar yang diperbaiki, tapi segala plafon dan asbes kudu dibuka. Penyebabnya adalah rayap. Hampir memenuhi seluruh rumah. Yang awalnya perkiraan renovasi hanya 2 minggu, lalu diperpanjang sudah kayak PSBB. Kata ortu sekalian saja rumahnya diperbaiki. Oh baiklah, mari kita tarik napas panjang.

Ada hari-hari di mana saya merasa jenuh karena hanya terbatas dalam kamar, belum lagi perbedaan pendapat sama ortu yang akhirnya bikin suasana memanas. Lantas, kami mulai tertawa ketika membandingkan diri sama orang yang lebih tidak beruntung dari kami, mengungsi karena rumahnya banjir. Pada akhirnya, kami harus belajar dengan kondisi begini.

Nggak hanya cerita sedih karena renovasi rumah, Februari ini sebenarnya ada banyak kebahagiaan kecil yang bisa dirasakan. Sesuatu yang sederhana, tapi bisa menaikkan mood di kala jenuh berada di kamar saja atau melihat kondisi rumah yang masih berantakan.


Main-Main ke Mitra 10 Untuk Beli Bahan Bangunan


Selama pandemi, saya belum berani main ke Mall, hanya sebatas minimarket saja sudah bikin bahagia. Paling nggak bisa keluar rumah, ketemu orang lain dan cuci mata.

Nah, berhubung ada banyak material yang harus dibeli. Yah, pada akhirnya kami harus ke supermarket bahan bangunan, kebetulan yang terdekat ya Mitra 10. Kali pertama ke sana, saya kayak orang linglung. Nggak pernah lihat banyak orang dan banyak lampu-lampu, eh saya malah pusing. Badan kok rasanya sakit semua, psikosomatis begitulah. Sampai saya bilang sama ortu untuk segera cabut kalau urusan sudah kelar. Sampai rumah demam dong.

Giliran kedua kalinya ke sana. Sudah mulai terbiasa, saya sih senang walaupun hanya melihat keramik, semen, dll. Setidaknya bisa keluar rumah dan ketemu banyak orang. Jadi, kalau diajak ortu ke sini lagi saya nggak nolak.


Kamar Selesai Di Renovasi


working space
Penampakan kamar setelah renovasi

Hal yang paling membahagiakan buat saya di bulan Februari, akhirnya renovasi kamar selesai juga. Yay, akhirnya saya sudah mulai bisa menata barang-barang di dalam kamar. Meski belum sepenuhnya rapi, setidaknya bisa menjadi tempat saya di siang hari entah untuk menulis blog, membaca buku, memotret dan menonton drakor. Biar nggak bosan hanya di kamar ibu saja.

Saya jadi lebih bersemangat menjalani hari.

Dapat Beberapa Pekerjaan dari Blog


Di tengah kejenuhan renovasi rumah, alhamdulillah masih dikasih rezeki sama Allah. Dapat beberapa email penawaran buat blog setelah bulan sebelumnya sepi kayak di sawah, hanya terdengar suara Jangkrik. Krik….krik

Meski saat mengerjakan kudu usaha karena menulis di antara tumpukan barang di kamar ortu. Ya itu sebuah kebahagiaan yang rasanya tidak tergantikan. Nggak hanya pekerjaan dari blog, saya juga sudah bisa membuat konten foto/video di dalam kamar lagi. Yay. so happy.

Biar kata Februari hari saya tidak penuh cinta, tapi ada banyak perasaan bahagia yang menyelimuti. Tentu saja semuanya dalam keadaan sehat, itu rasanya lebih penting dari apapun.


Bagaimana Februarimu?


 Renovasi Rumah di Masa Pandemi

Renovasi Rumah di Masa Pandemi

renovasi rumah saat pandemi, renovasi rumah, membangun rumah

Drama Renovasi Rumah Di Masa Pandemi


Berawal tetangga sebelah yang melakukan pembangunan rumah baru, ternyata berdampak ke rumah saya. Kakak cerita, kalau dinding kamarnya bergelembung kayak cacar air. Ortu sih cuek aja kirain itu hanya persoalan biasa, eh ternyata, semakin hari makin parah. Gelembung di dinding makin banyak dan kalau ditusuk mengeluarkan air. Hampir 16 tahun tinggal di rumah ini, belum pernah mengalami permasalahan serupa.

Tidak hanya kamar kakak, dinding kamar saya juga mulai mengalami masalah gelembung, bedanya jika ditusuk tidak mengeluarkan air. Tidak hanya itu, beberapa dinding kamar dan atap mengalami keretakan yang lumayan. Kayaknya sih ini efek dari jack hammer, ketika mereka membangun pondasi. Suaranya keras banget, sampai kami merasa terganggu.

Akhirnya, papa protes sama tetangga sebelah tentang permasalahan rumah. Mereka mengirim orang untuk mengecek kondisi rumah. Terjadilah kesepakatan bahwa biaya untuk tukang keramik kamar ibu dan tukang cat, ditanggung mereka, sedangkan materialnya beli sendiri.

Terus kenapa ongkos keramik buat dua kamar nggak dihitung juga? Bapak terlanjur setuju sama harga tukang dan nggak bilang sama tetangga sebelah. Ya sudahlah,


Drama Renovasi Rumah



Niat awal, kamar saya hanya cat ulang dan pasang keramik, tapi Ibu bilang untuk ganti plafon saja karena memang ada banyak area yang akan diganti plafonnya, dapur, ruang makan dan garasi dalam, kamar mbak dan tentunya kamar saya.

Sembari menunggu tukang plafon, kakak iseng-iseng naik ke atas. Hasilnya, ada banyak sarang rayap di rumah. Err, akhirnya plafon ruang tengah dijebol deh karena masih ada sisa, Bapak memutuskan untuk menjebol plafon dua kamar mandi. Ternyata, banyak rayap, rumahnya sampai besar sekali. Hii karena nggak mau kecolongan lagi, akhirnya garasi, kamar pembantu dan 2 kamar atas ikut di jebol juga. Rupanya pasukan rayap sudah mengepung rumah kami.


Artikel Terkait: 


Yang tadinya hanya ingin renovasi kamar, malah merembet kemana-mana. Biaya pun ikut membengkak karena kejadian rayap ini. Kata Ortu, hitung-hitung sekalian saja deh apa yang perlu diperbaiki, ya diperbaiki sekarang. Biar kedepannya enak. Rumah ini memang sudah lama tidak dilakukan perawatan. Mangkanya, sama Allah dikasih masalah kamar biar pada tahu bahwa di atap sana banyak rayap.

Sebenarnya kami rada parno juga renovasi di tengah pandemi, memasukkan orang baru ke dalam rumah bukan perkara mudah apalagi anggota keluarga ada yang punya penyakit bawaan. Ya kita ikhtiar saja sambil berdoa dan tetap menjaga jarak dan kebersihan selama renovasi.

Hampir setiap hari nggak lepas dari masker, apalagi punya riwayat asma, sensi sama hal-hal berdebu. Belum lagi kulit wajah yang rewel karena pakai masker terus. Disyukuri saja.

Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan Saat Membangun Rumah


Pengalaman renovasi rumah kali ini memberikan banyak pelajaran bahwa membangun rumah itu tidak mudah. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan sehingga rumah bisa lebih kokoh dan jauh dari kejadian yang dialami seperti ini.

  • Jika ingin membangun rumah, pilih bahan kayu yang berkualitas seperti jati, bengkirai, dll yang memang sifatnya keras sehingga tidak disukai rayap. Jadi, dari pengalaman rayap ini, kami jadi tahu bahwa dulu saat membeli kayu untuk membangun rumah rupanya si pedagang nakal, mencampur kayu pesanan kami dengan kayu jelek. Dan, tidak ada yang memeriksa kualitas kayu sebelum dipasang.
  • Pengalaman dinding kamar yang rusak, memberikan sebuah pembelajaran bahwa ada baiknya semua tembok yang bersebelahan dengan tetangga ada baiknya di keramik. Kita tidak pernah tahu kualitas tembok tetangga atau ada bangungan apa di sebelahnya. Sehingga tidak merembes ke rumah. Kalau kasus saya, tetangga membangun kolam renang yang letaknya bersebelahan dengan kamar, ditambah masalah pembuangan air tetangga belakang. Lengkap deh.
  • Pilih bahan yang berkualitas, memang mahal di awal, tapi mempermudah perawatan. Seperti contoh pemilihan cat dinding. Hampir 100% cat dinding di rumah menggunakan cat berkualitas tinggi, harganya memang lebih mahal. Namun, daya tahannya bisa diadu. Warna tetap mengkilap meski sudah puluhan tahun.
  • Ijin Sama Tetangga Sebelah Kalau Mau Bangun Rumah. Jangan hanya ijin sama perangkat RT/RW, saat akan membangun rumah ada baiknya berkunjung dulu ke tetangga sebelah kanan, kiri, belakang. Meminta ijin bahwa akan melakukan pembangunan sekaligus meminta maaf jika nanti kenyamanannya terganggu. dan apabila pembangunan yang kita lakukan berdampak pada tetangga, siapkan juga kompensasi. 
Nah, itulah pengalaman saya renovasi rumah di saat pandemi. Tetap jaga jarak, jaga kesehatan dengan pakai masker dan cuci tangan lebih sering. Sekarang, sudah nggak penasaran, kan? Saya jarang muncul di medsos.


Salam,