Pempek Farina Surabaya, Memuaskan Kerinduan Warga Surabaya Akan Kuliner Palembang

Pempek Farina Surabaya, Memuaskan Kerinduan Warga Surabaya Akan Kuliner Palembang


pempek farina rungkut surabaya

Pempek Farina Surabaya Memuaskan Kerinduan Warga Surabaya Akan Kuliner Palembang- Kalau ada yang menyebut Pempek, air liur saya langsung menetes kalau kata orang Jawa itu ‘kemecer.’ Saya sendiri termasuk penggemar makanan berkuah dan pedas. Jadi, tidak ada alasan buat saya untuk menolak makan Pempek.


Saya biasanya kalau ingin makan Pempek itu suka nitip sama teman. Kebetulan salah satu sahabat saya semasa kuliah adalah orang asli Palembang. Tiap kali dia mudik pasti saya tidak melewatkan kesempatan untuk makan Pempek. Olahan yang berbahan dasar Ikan Tengiri dan tepung kanji itu sudah berhasil merebut perhatian saya sejak kali pertama memakannya.

Jika sedang kangen makan Pempek dan sahabat saya sedang tidak mudik, saya nggak perlu khawatir lagi karena di Surabaya, kita banyak menemukan penjual Pempek, mulai dari gerobak kaki lima, gerobak keliling, bahkan ada restoran khusus untuk menikmati kuliner asal Palembang ini. Salah satu vendor Pempek yang terkenal di Surabaya adalah Pempek Farina. Rasanya hampir sebagian warga Surabaya mengenal tentang Pempek Farina ini karena beberapa outlet-outletnya sudah tersebar di kawasan Surabaya.

Nah. Kemarin, 24 Januari 2018 saya dapat kesempatan untuk main ke salah satu outlet Pempek Farina yang berada di Jalan Rungkut Asri Barat XII No 13 Surabaya. Bersama beberapa teman blogger lainnya kami diajak untuk kenal lebih jauh tentang Pempek Farina dan tak lupa mencicipi sajian menu dari Pempek Farina.
Behind The Scene swastikha.com

Behind The Scene swastikha.com


Holla,

Yey, tanpa terasa blog kedua saya swastikha.com berusia satu tahun setelah saya melakukan perpanjangan domain di awal bulan Desember kemarin. Ibarat stase perkembangan hidup manusia, blog ini masih seperti anak usia 1 tahun yang tengah aktif-aktifnya. Semoga saja pengasuhnya tidak kelelahan karena harus mengasuh dua anak dengan rentang usia yang berbeda.

Alasan Membuat Blog Kedua:


Belakangan ini saya sedang mengalami fase jenuh menulis blog. Semenjak kotakwarna.com dimonetize, otomatis saya harus menjaga supaya blog tersebut sesuai dengan jalur yang tepat. Tidak seperti dulu ketika saya bebas mengisi blog dengan tulisan apa pun. Hal ini sempat membuat semangat menulis menurun. Pernah sekitar 2 mingguan saya tidak memperbaharui tulisan di kotakwarna.

Akhirnya saya memutuskan untuk membuat blog kedua. Sebuah blog di mana saya bisa lebih santai menulis cerita kehidupan sehari-hari, cerita menye-menye dan catatan perjalanan. Harapan saya blog kedua ini bisa membuat pembaca lebih betah dengan tulisan yang lebih personal. Selain itu ternak blog itu sudah biasa di kalangan para blogger. So, kenapa tidak saya melakukannya juga.

Cerita Pembaca: Bagi Kisahmu Bersama Saya

Cerita Pembaca: Bagi Kisahmu Bersama Saya



Holla,

Sebenarnya sudah lama saya ingin membuka sebuah rubrik khusus di blog yang bisa menampung tulisan orang lain tapi bukan guest posting dari sesama blogger seperti sebelum.

Ide awal ini ketika saya mengikuti program 30 hari menulis surat cinta di twitter di mana nantinya surat yang terbaik akan dipajang di web mereka. Rasanya akan menyenangkan membaca kisah dan surat yang dikirimkan oleh orang lain.

Sesuai dengan visi dari dibuatnya blog ini adalah tempat bagi saya berbagi kisah tentang kehidupan dan catatan perjalanan.  Tidak hanya kisah tentang saya tapi juga kisah dari orang-orang sekitar yang bisa menginspirasi orang lain.
Happy New year

Happy New year



Rasanya sudah bertahun-tahun saya tidak merasakan euforia menunggu detik-detik malam pergantian tahun. Mungkin sekitar 2-4 tahun saya sudah tidak begitu antusias terhadap tahun baru. Semuanya biasa saja, nggak ada yang istimewa.

Kalau dulu, menjelang pergantian tahun saya sudah gelisah ingin merencanakan apa. Bahkan, sengaja tidur siang demi begadang sampai menjelang pukul 12.00. Besoknya bangun kesiangan dengan badan sakit semua.
I'm Thankful For Being Me

I'm Thankful For Being Me


Satu hal yang aku syukuri hingga saat ini adalah Allah memberikanku hati yang kuat. 

"Mbak, pernah nggak sih merasa bersyukur karena dilahirkan sebagai seorang swastikha?"

Itu pertanyaan yang dilontarkan Wulan saat kami membahas soal pengalaman hidup. Mimpi apa ya semalam, kok bisa-bisanya kami membahas obrolan yang begitu serius. Padahal biasanya chat kami ini nggak jauh-jauh dari urusan meratapi masa lajang, film dan memilih buku.

Tulisan kolaborasi Wulan bisa kalian baca di sini: Terima Kasih Tuhan, Saya Wulan Kenanga

Terus terang saya cukup kaget mendengar pertanyaan ini, bahkan terlintas dalam benak saya pun tidak. Pertanyaan ini membuat saya merenung dan menyadari bahwa selama 33 tahun perjalanan hidup, saya tidak pernah melihat apa yang istimewa dari kelahiran seorang Swastikha ini?

Percaya deh, mencari kelebihan dan kekurangan diri sendiri itu susahnya minta ampun. Sama susahnya dengan mengurai benang yang udah kusut. Saya jadi teringat saat kuliah perdana sebagai mahasiswa Psikologi, ketika dosen saya meminta semua mahasiswa untuk melakukan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)  terhadap diri sendiri. Hari itu kami dibuat pusing tujuh keliling, tiga puluh menit waktu yang diberikan dosen terasa sebentar. Saya bisa menyelesaikannya walaupun tidak maksimal. Dari situ saya tahu bahwa menganalisa diri sendiri itu bukanlah hal yang mudah.

Tiga Puluh Tiga Tahun

Tiga Puluh Tiga Tahun

swastikha.com


Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, saya merayakan hari ulang tahun dengan menulis sebuah postingan di blog. Bagi saya tulisan tentang ulang tahun itu seperti sebuah rekaman tentang apa yang terjadi pada saya setiap tahunnya dan menjadi sebuah evaluasi terhadap diri sendiri. Yang membuatnya berbeda tahun ini adalah saya memilih menuliskannya dalam blog kedua saya. Alasannya karena swastikha.com lebih ke arah tulisan personal.

Cerita lain tentang saya: My Hijab Story: Sebuah Janji di Masa Kecil

Ah, rasanya baru kemarin saya menuliskan Welcome to Thirty Club  di linimasa Facebook. Ternyata sekarang angka itu udah bergeser tiga tahun membentuk angka yang cantik yaitu 33. Kalau kata orang sudah bukan usia imut lagi hehe. 
Berburu Batik Pamekasan Di Kios Batik Pasar 17 Agustus Pamekasan

Berburu Batik Pamekasan Di Kios Batik Pasar 17 Agustus Pamekasan

Berburu Batik Pamekasan Di Kios batik pasar 17 agustus pamekasan


Selain berwisata kuliner dan bercengkrama dengan sanak famili, salah satu kegiatan favorit keluarga kami adalah berburu kain batik khas pamekasan. Sebenarnya yang paling semangat dalam urusan memborong kain batik adalah Mami dan Kakak Perempuan. Setiap kali pulang ke Pamekasan membeli kain batik selalu menjadi agenda wajib. 


Mami sendiri adalah salah satu penggemar batik. Hampir setiap kali kami bepergian ke suatu daerah, Mami selalu menyempatkan mampir ke sentra penjualan batik/kain khas daerah tersebut. Padahal koleksi kain/baju batik Mami sendiri udah banyak tapi ya tetap aja selalu ada tempat untuk menyimpan kain batik. Kata Mami mengoleksi kain batik juga turut andil menjaga warisan budaya leluhur. Ngeles banget yak, padahal mah emang suka belanja.