Hal-hal yang Membuat Bahagia Di Februari

Hal-hal yang Membuat Bahagia Di Februari

hal yang membuat bahagia, wire grid


Hal-hal yang Membuat Bahagia di Februari


Akhir Januari lalu, beberapa area di rumah mengalami kerusakan. Mau tidak mau dengan terpaksa kami harus melakukan renovasi rumah. Bukan sebuah keputusan yang mudah karena ketika setuju melakukan perbaikan itu artinya mengijinkan orang lain masuk ke dalam area rumah. Apalagi di masa pandemi, rasanya riskan.

Jika terus ditunda, kok kayaknya makin nggak nyaman apalagi salah satu area yang terdampak adalah kamar saya dan kakak. Kamar tersebut menjadi lebih lembab, dindingnya mengelupas dan kadang mengeluarkan aroma khas jamur. Apalagi kakak perempuan sudah mulai batuk-batuk terus karena area kamarnya paling parah.

Sesungguh melakukan perbaikan rumah itu sungguh melelahkan. Rumah yang berantakan dan tabungan yang terkuras. Huft.

Selama renovasi kamar, saya mengungsi tidur di kamar Ibu sedangkan Kakak perempuan memilih mengungsi ke rumahnya. Alhasil semua kegiatan saya hanya berkutat di kamar dan kamar selama 24 jam. Tidak hanya saya sih, ortu juga bahkan ruang makan juga berpindah ke kamar. Segala panci, magic com bawa juga ke kamar. Mau keluar nggak bisa, rumah berantakan dan debu di mana. Memakai masker di dalam rumah pun dilakukan.

Baca juga:


Ternyata oh ternyata, masalah rumah mulai merembet kemana-mana. Tidak hanya kamar yang diperbaiki, tapi segala plafon dan asbes kudu dibuka. Penyebabnya adalah rayap. Hampir memenuhi seluruh rumah. Yang awalnya perkiraan renovasi hanya 2 minggu, lalu diperpanjang sudah kayak PSBB. Kata ortu sekalian saja rumahnya diperbaiki. Oh baiklah, mari kita tarik napas panjang.

Ada hari-hari di mana saya merasa jenuh karena hanya terbatas dalam kamar, belum lagi perbedaan pendapat sama ortu yang akhirnya bikin suasana memanas. Lantas, kami mulai tertawa ketika membandingkan diri sama orang yang lebih tidak beruntung dari kami, mengungsi karena rumahnya banjir. Pada akhirnya, kami harus belajar dengan kondisi begini.

Nggak hanya cerita sedih karena renovasi rumah, Februari ini sebenarnya ada banyak kebahagiaan kecil yang bisa dirasakan. Sesuatu yang sederhana, tapi bisa menaikkan mood di kala jenuh berada di kamar saja atau melihat kondisi rumah yang masih berantakan.


Main-Main ke Mitra 10 Untuk Beli Bahan Bangunan


Selama pandemi, saya belum berani main ke Mall, hanya sebatas minimarket saja sudah bikin bahagia. Paling nggak bisa keluar rumah, ketemu orang lain dan cuci mata.

Nah, berhubung ada banyak material yang harus dibeli. Yah, pada akhirnya kami harus ke supermarket bahan bangunan, kebetulan yang terdekat ya Mitra 10. Kali pertama ke sana, saya kayak orang linglung. Nggak pernah lihat banyak orang dan banyak lampu-lampu, eh saya malah pusing. Badan kok rasanya sakit semua, psikosomatis begitulah. Sampai saya bilang sama ortu untuk segera cabut kalau urusan sudah kelar. Sampai rumah demam dong.

Giliran kedua kalinya ke sana. Sudah mulai terbiasa, saya sih senang walaupun hanya melihat keramik, semen, dll. Setidaknya bisa keluar rumah dan ketemu banyak orang. Jadi, kalau diajak ortu ke sini lagi saya nggak nolak.


Kamar Selesai Di Renovasi


working space
Penampakan kamar setelah renovasi

Hal yang paling membahagiakan buat saya di bulan Februari, akhirnya renovasi kamar selesai juga. Yay, akhirnya saya sudah mulai bisa menata barang-barang di dalam kamar. Meski belum sepenuhnya rapi, setidaknya bisa menjadi tempat saya di siang hari entah untuk menulis blog, membaca buku, memotret dan menonton drakor. Biar nggak bosan hanya di kamar ibu saja.

Saya jadi lebih bersemangat menjalani hari.

Dapat Beberapa Pekerjaan dari Blog


Di tengah kejenuhan renovasi rumah, alhamdulillah masih dikasih rezeki sama Allah. Dapat beberapa email penawaran buat blog setelah bulan sebelumnya sepi kayak di sawah, hanya terdengar suara Jangkrik. Krik….krik

Meski saat mengerjakan kudu usaha karena menulis di antara tumpukan barang di kamar ortu. Ya itu sebuah kebahagiaan yang rasanya tidak tergantikan. Nggak hanya pekerjaan dari blog, saya juga sudah bisa membuat konten foto/video di dalam kamar lagi. Yay. so happy.

Biar kata Februari hari saya tidak penuh cinta, tapi ada banyak perasaan bahagia yang menyelimuti. Tentu saja semuanya dalam keadaan sehat, itu rasanya lebih penting dari apapun.


Bagaimana Februarimu?


 Renovasi Rumah di Masa Pandemi

Renovasi Rumah di Masa Pandemi

renovasi rumah saat pandemi, renovasi rumah, membangun rumah

Drama Renovasi Rumah Di Masa Pandemi


Berawal tetangga sebelah yang melakukan pembangunan rumah baru, ternyata berdampak ke rumah saya. Kakak cerita, kalau dinding kamarnya bergelembung kayak cacar air. Ortu sih cuek aja kirain itu hanya persoalan biasa, eh ternyata, semakin hari makin parah. Gelembung di dinding makin banyak dan kalau ditusuk mengeluarkan air. Hampir 16 tahun tinggal di rumah ini, belum pernah mengalami permasalahan serupa.

Tidak hanya kamar kakak, dinding kamar saya juga mulai mengalami masalah gelembung, bedanya jika ditusuk tidak mengeluarkan air. Tidak hanya itu, beberapa dinding kamar dan atap mengalami keretakan yang lumayan. Kayaknya sih ini efek dari jack hammer, ketika mereka membangun pondasi. Suaranya keras banget, sampai kami merasa terganggu.

Akhirnya, papa protes sama tetangga sebelah tentang permasalahan rumah. Mereka mengirim orang untuk mengecek kondisi rumah. Terjadilah kesepakatan bahwa biaya untuk tukang keramik kamar ibu dan tukang cat, ditanggung mereka, sedangkan materialnya beli sendiri.

Terus kenapa ongkos keramik buat dua kamar nggak dihitung juga? Bapak terlanjur setuju sama harga tukang dan nggak bilang sama tetangga sebelah. Ya sudahlah,


Drama Renovasi Rumah



Niat awal, kamar saya hanya cat ulang dan pasang keramik, tapi Ibu bilang untuk ganti plafon saja karena memang ada banyak area yang akan diganti plafonnya, dapur, ruang makan dan garasi dalam, kamar mbak dan tentunya kamar saya.

Sembari menunggu tukang plafon, kakak iseng-iseng naik ke atas. Hasilnya, ada banyak sarang rayap di rumah. Err, akhirnya plafon ruang tengah dijebol deh karena masih ada sisa, Bapak memutuskan untuk menjebol plafon dua kamar mandi. Ternyata, banyak rayap, rumahnya sampai besar sekali. Hii karena nggak mau kecolongan lagi, akhirnya garasi, kamar pembantu dan 2 kamar atas ikut di jebol juga. Rupanya pasukan rayap sudah mengepung rumah kami.


Artikel Terkait: 


Yang tadinya hanya ingin renovasi kamar, malah merembet kemana-mana. Biaya pun ikut membengkak karena kejadian rayap ini. Kata Ortu, hitung-hitung sekalian saja deh apa yang perlu diperbaiki, ya diperbaiki sekarang. Biar kedepannya enak. Rumah ini memang sudah lama tidak dilakukan perawatan. Mangkanya, sama Allah dikasih masalah kamar biar pada tahu bahwa di atap sana banyak rayap.

Sebenarnya kami rada parno juga renovasi di tengah pandemi, memasukkan orang baru ke dalam rumah bukan perkara mudah apalagi anggota keluarga ada yang punya penyakit bawaan. Ya kita ikhtiar saja sambil berdoa dan tetap menjaga jarak dan kebersihan selama renovasi.

Hampir setiap hari nggak lepas dari masker, apalagi punya riwayat asma, sensi sama hal-hal berdebu. Belum lagi kulit wajah yang rewel karena pakai masker terus. Disyukuri saja.

Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan Saat Membangun Rumah


Pengalaman renovasi rumah kali ini memberikan banyak pelajaran bahwa membangun rumah itu tidak mudah. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan sehingga rumah bisa lebih kokoh dan jauh dari kejadian yang dialami seperti ini.

  • Jika ingin membangun rumah, pilih bahan kayu yang berkualitas seperti jati, bengkirai, dll yang memang sifatnya keras sehingga tidak disukai rayap. Jadi, dari pengalaman rayap ini, kami jadi tahu bahwa dulu saat membeli kayu untuk membangun rumah rupanya si pedagang nakal, mencampur kayu pesanan kami dengan kayu jelek. Dan, tidak ada yang memeriksa kualitas kayu sebelum dipasang.
  • Pengalaman dinding kamar yang rusak, memberikan sebuah pembelajaran bahwa ada baiknya semua tembok yang bersebelahan dengan tetangga ada baiknya di keramik. Kita tidak pernah tahu kualitas tembok tetangga atau ada bangungan apa di sebelahnya. Sehingga tidak merembes ke rumah. Kalau kasus saya, tetangga membangun kolam renang yang letaknya bersebelahan dengan kamar, ditambah masalah pembuangan air tetangga belakang. Lengkap deh.
  • Pilih bahan yang berkualitas, memang mahal di awal, tapi mempermudah perawatan. Seperti contoh pemilihan cat dinding. Hampir 100% cat dinding di rumah menggunakan cat berkualitas tinggi, harganya memang lebih mahal. Namun, daya tahannya bisa diadu. Warna tetap mengkilap meski sudah puluhan tahun.
  • Ijin Sama Tetangga Sebelah Kalau Mau Bangun Rumah. Jangan hanya ijin sama perangkat RT/RW, saat akan membangun rumah ada baiknya berkunjung dulu ke tetangga sebelah kanan, kiri, belakang. Meminta ijin bahwa akan melakukan pembangunan sekaligus meminta maaf jika nanti kenyamanannya terganggu. dan apabila pembangunan yang kita lakukan berdampak pada tetangga, siapkan juga kompensasi. 
Nah, itulah pengalaman saya renovasi rumah di saat pandemi. Tetap jaga jarak, jaga kesehatan dengan pakai masker dan cuci tangan lebih sering. Sekarang, sudah nggak penasaran, kan? Saya jarang muncul di medsos.


Salam,
(Kembali) Menulis Fiksi dan Hal-hal yang Saya Sesali

(Kembali) Menulis Fiksi dan Hal-hal yang Saya Sesali


Menulis fiksi dan hal-hal yang disesali, tea and photo



Menulis Fiksi dan Hal-Hal yang Saya Sesali



Sama halnya dengan Wulan K, saya pernah punya mimpi untuk memiliki karya yang dicetak dengan nama sendiri, bukan karya bersama atau antologi.

Saya masih ingat betapa antusiasnya menulis fiksi. Otak saya selalu penuh dengan cerita-cerita rekaan baru. Menyenangkan. Kemarin, saat saya membuka folder fiksi setelah bertahun-tahun tersembunyi di laptop. Saya kagum, ternyata saya sudah menulis sebanyak itu.

Sebenarnya sudah dari beberapa tahun lalu, Wulan mengajak saya untuk kembali menulis fiksi. Dia tahu betapa dulu saya menggilai dunia fiksi. Perkenalan pertama kami juga dimulai dari workshop menulis novel. Saya dan Wulan juga sempat berkolaborasi dalam menulis novel, tapi tidak berlanjut entah karena apa. Lupa.

Tahun 2021 ini, saya kembali memberanikan diri menulis fiksi. Bukan perkara mudah karena bertahun-tahun hiatus. Hampir setiap hari ada yang saya tanyakan sama Wulan tentang bagaimana sih cara menulis novel dari awal. Astaga. Sampai ditertawakan Wulan katanya saya kayak pemula saja.

Niat awal ingin membuat kisah baru. Namun, saat melihat tumpukan draft yang belum selesai kok kayaknya sayang. Saya akhir memutuskan melanjutkan draft novel yang belum selesai, salah satu karakter utamanya merupakan kesayangan saya.

Beberapa hal-hal berikut yang membuat saya menyesal kenapa tidak kembali lagi menulis fiksi sejak dahulu.


Terlalu Takut Memulai


Setiap kali hendak memulai menulis fiksi, ingatan saya akan coretan-coretan merah di naskah membuat saya takut. Semacam ada bisikan-bisikan yang seakan-akan menertawakan tulisan saya. Padahal itu hanya pikiran saya sendiri.

Seandainya saya lebih berani untuk memulai mungkin semua draft yang terlupakan itu sudah selesai menjadi cerita. Perlahan, saya sedang berusaha mengubah pikiran negatif yang sudah terlalu lama mengakar ini.


Baca Juga:

5 Penulis Fiksi yang Membuat Jatuh Cinta 

7 Daftar Keinginan Di Tahun 2021 


Terlalu Banyak Menunda


Berapa kali Wulan gemas menanyakan Bab 1 saya yang belum selesai juga, ada saja alasan yang saya kemukakan. Padahal, saya sendiri menundanya dengan alasan ah masih hari Senin in, eh tahu-tahu seminggu sudah berlalu. Giliran ditagih sama Wulan cuman senyum-senyum. Untung partner menulis saya baik hati.

Kebiasaan menunda pekerjaan ini yang bisa dibilang agak susah saya ubah, entah mengapa saya suka sekali bekerja dekat-dekat jadwal berakhir, padahal ini bukan sesuatu yang baik.


Terlalu Banyak Alasan


Manusia itu gudangnya alasan. Padahal kalau coba dikerjakan toh bakal selesai juga. Sayangnya, alasan-alasan yang nggak jelas dikemukakan terlebih dahulu yang pada akhirnya membuat kita jadi mikir. Ah iya benar juga. Alhasil nggak jadi nulis.

Padahal, sampai ikutan workshop menulis bersama WIndry Ramadhina, eh tetap saja banyak alasan yang mau nulis. Argh.

Terlalu Baper


Tahun 2020 sepertinya saya kebanyakan baper deh. Melihat beberapa teman berhasil dengan karya-karyanya eh bawaannya iri. Kok saya hidupnya gitu-gitu aja. Padahal ya memang diri saya sendiri aja yang nggak mau berkembang, tidak mau mencoba karena takut gagal duluan.

Kok familiar banget ya sama model begini. Dulu saya pernah komentar sama orang model begini yang mudah baper sama temannya yang berhasil, eh malah kejadian sama diri sendiri. Karma, banget.

Ah iya, begitulah cerita saya tentang pengalaman kembali menulis fiksi, Semoga proyek yang sedang saya kerjakan bisa berhasil diselesaikan sampai tuntas, sehingga saya bisa mematahkan ketakutan-ketakutan yang saya buat sendiri.

Seperti kata seorang penulis, “Mending menghasilkan karya yang buruk, tapi selesai. Ketimbang menunggu menghasilkan karya yang indah. Namun, hanya angan-angan.”

Semangat ya, Tika. Mari selesaikan tulisanmu itu dengan indah. Dengan begitu kamu akan menjadi lebih percaya diri dalam menapaki kembali karir menulismu yang sejak bertahun-tahun mati.
7 Daftar Keinginan Di Tahun 2021

7 Daftar Keinginan Di Tahun 2021


7 Daftar Keinginan DI Tahun 2021, woman in lake, swastikha.com, wanita di pinggir danau


Bagi saya tahun 2020 menjadi tahun terberat. Sepanjang tahun tahun 2020, namanya emosi sudah kayak permainan Bianglala. Naik ke puncak gunung lalu turun perlahan sampai titik terendah. Rasanya melelahkan.

Diawali dengan pandemi yang membuat gerak jadi terbatas. Biasanya paling nggak seminggu 1x bisa keluar rumah ketemu teman atau sekedar cuci mata di mall, mendadak nggak boleh sama sekali. Apalagi saya sudah dipingit sejak akhir tahun karena mau operasi. Itu sempat membuat saya kehilangan gairah dan sedikit stress.

Sehabis operasi mood juga nggak langsung balik, badan yang sakit semua karena aktivitas juga terbatas pengaruh banget sama emosi. Saya merasa jadi lebih sensitif, bawaannya pengin nangis kalau ada yang ngomongnya gimana gitu. Ahhh.

Pekerjaan sebagai blogger yang biasanya ramai, mendadak sepi. Berbulan-bulan rekening saya kosong tanpa pemasukan. Untungnya masih ada tabungan yang memang disisihkan. Hal ini juga sempat bikin iri ketika ada teman yang senang karena invoice baru cair. What a life.

Itulah kenapa di tahun 2021 yang baru berjalan 2 minggu ini, saya ingin ke depannya saya lebih santai dalam menjalani. Melakukan banyak hal yang memang saya sukai karena memang ingin lebih banyak tersenyum, tapi tetap melakukan semuanya dengan serius.

7 Daftar Keinginan di Tahun 2021


Saya tidak menyebut ini sebagai resolusi melainkan daftar keinginan yang rasanya menarik dilakukan di tahun 2021 ini. Apa saja ya kira-kira?


Kembali Menulis Fiksi


Beberapa bulan terakhir, saya sama Wulan lagi intens membicarakan hal yang berhubungan dengan dunia fiksi, seperti yang sering kami lakukan dulu. Beberapa kali Wulan meminta saya untuk kembali menulis fiksi. Saya sendiri belum terlalu percaya diri untuk kembali bermain-main dengan tokoh rekaan.

Seminggu lalu, saya memberanikan diri membuka folder tulis-menulis yang bertahun-tahun dilupakan. Saya menemukan banyak tulisan-tulisan, naskah novel yang belum selesai. Serasa menemukan banyak harta karun.

Akhirnya, saya memutuskan mengunggah beberapa tulisan lama ke platform seperti saran dari Wulan. Ada cerita di sekitar yang merupakan kumpulan cerita pendek dan sebuah novel yang diberi judul Milana

Semoga saja saya istiqamah saat menulisnya.


Belajar Photoshop


Tahun lalu, saya pernah menulis ingin belajar Photoshop, tapi belum tercapai juga alias malas. Tahun ini, demi memulai rencana ini akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku cetak tentang aplikasi Photoshop. Kalau sedang kebingungan, buku ini bisa menjadi panduan karena terkadang menonton video di youtube cukup membuat kewalahan.

Buat apa belajar Photoshop?

Buat mengedit foto-foto yang sudah saya hasilkan menjadi lebih baik lagi dan menambah skill biar nggak cuman bisanya itu-itu saja.


Belajar Foto Produk


Tahun 2021 inginnya menekuni foto produk, meski nggak buka jasa foto produk setidaknya bisa dipergunakan untuk foto-foto di blog dan media sosial. Jujur, foto produk ini masih agak membuat saya kesusahan karena membutuhkan kemampuan menata yang apik. Bisa dibilang itulah kelemahan saya.

That’s why, saya pengin lebih banyak berlatih motret lagi.


Olahraga Seminggu 2x


Ini salah satu wishlist yang mudah ditulis, tapi susah untuk dilakukan. Semoga di tahun 2021 ini lebih rajin melakukan olahraga ringan seperti jalan pagi keliling komplek atau melakukan Yoga. Nggak usah setiap hari, ya paling tidak seminggu 2x. Badan sehat, pikiran juga ikutan sehat karena meningkatkan kualitas tidur.



Mengurangi Over Thinking


Tahun 2021, belajar mengendalikan pikiran. Sebagai manusia biasa ada kalanya timbul rasa iri terhadap kehidupan orang lain. Terlebih lagi kalau kita merasa ya hidup kita gitu-gitu aja. Akibatnya pikiran negatif muncul dan seringkali menimbulkan kecemasan.

Kecemasan yang menumpuk membuat kualitas tidur di malam hari menjadi terganggu, bangun pagi jadi BT. Gitu saja terus sampai lelah.

Tahun ini, saya ingin mencoba menikmati hidup dengan santai, melakukan hal yang disukai dan juga lebih menikmati kegiatan sehari-hari. Lupakan sejenak DA blog, follower di medsos. Menikmati menjadi orang yang biasa saja. Karena hidup juga butuh dinikmati.

Membuat Home Studio


Saya punya mimpi pengin punya home studio, di mana bisa dijadikan tempat untuk foto-foto sekaligus ruang kerja. Mungkin semacam ruang kreatif gitulah. Tidak usah terlalu besar ukurannya yang penting memiliki banyak jendela yang bisa memberikan cahaya yang melimpah.

Salah satu wishlist juga di tahun ini adalah menambah lampu studio baru. Kamar saya itu tidak memiliki cukup sumber cahaya karena tidak ada jendela sehingga meski memakai lampu tambahan kok rasanya kurang terang. Setidaknya dengan lampu tambahan ini bisa mendukung hasil foto menjadi lebih baik. Eh siapa tahu habis gitu ada yang mau bangunin home studio. Amin.

Menikah


Keinginan menikah pasti sudah masuk ke dalam daftar keinginan setiap tahunnya. Namun, rupanya Allah masih belum mengizinkan. Tahun ini kembali saya masukkan list, siapa tahu kali ini Allah merestuinya. Amin


Yak, itulah 7 daftar keinginan di tahun 2021. Entah terwujud atau tidak yuk mari kita banyak ikhtiar.


Salam,


Perayaan Tahun Baru, Haruskah Dirayakan?

Perayaan Tahun Baru, Haruskah Dirayakan?

perayaan tahun baru, lampu kristal

Perayaan Tahun Baru yang Muram



Beberapa tahun belakangan, saya sudah berhenti mengistimewakan akhir tahun. Entah, karena umur yang membuat saya tidak lagi bisa begadang atau memang jenuh karena perayaannya ya hanya itu-itu saja. Kembang api, terompet dan suara petasan yang menggema hampir di seluruh penjuru tidak peduli komplek perumahan mewah atau gang-gang sempit di kawasan kota Surabaya.

Tahun 2020, rasanya malam pergantian tahun menjadi berbeda. Kasus pandemi Corona yang belum usai dan semakin meningkat membuat pemerintah memberikan himbauan untuk tidak mengadakan keramaian di saat malam tahun baru. Semua kegiatan keramaian, jualan diberlakukan hingga jam 8 malam. Bahkan, hotel-hotel pun tidak boleh menggelar perayaan tahun baru.

Pergantian Tahun Baru 2020 kali ini kata sebagian orang muram. Bagi saya, sama saja sih dengan bergantinya bulan baru. Lagi pula rasanya tidak etis kita asik berkumpul di keramaian lalu lupa ada sebagian orang yang tengah berjuang di RS. Pasien yang terbaring dengan ventilator dan petugas nakes yang mulai kelelahan. Tidak adil rasanya kalau kebahagiaan kita turut andil menyumbang penularan Covid 19.

Ya sudahlah. Mari kita rayakan di rumah masing-masing sembari menulis resolusi sama seperti tahun-tahun sebelum serta tidak lupa berdoa supaya Corona lekas menghilang dari muka bumi.

Lantas apa yang saya lakukan di saat libur akhir tahun.


Maraton Nonton Drama Korea


Ketika tanggal 31 Desember, kebetulan langganan Netflix habis dan beberapa drama korea yang saya tonton di ViU banyak yang tidak tayang. Alhasil saya memperbarui langganan Netflix demi menonton drama yang kebetulan tayang di sana.

Dari pagi saya sibuk memasukkan list drama/film yang akan saya tonton di liburan akhir tahun. Seru aja sih, kayak semacam me time buat diri sendiri sebelum kembali bertarung untuk kehidupan di tahun 2021.

Pokoknya seharian kerjaannya cuman guling-guling di atas kasur sampai bosan.


Rencana BBQ Bareng Keluarga



Sebelum nonton drakor, saya sudah sibuk sejak pagi. Sibuk potong fillet ayam buat BBQ malam hari bareng keluarga. Sebenarnya bukan saja aja sih yang sibuk potong daging ayam, ada kakak ipar dan kakak perempuan. Pokoknya menu hari itu serba ayam.

Terniat banget pokoknya sampai nggak sadar jari tangan ikutan teriris. Alhasil nyeri seharian padahal beberapa hari sebelumnya juga kena pisau pas di area yang sama. Entah lagi mikirin apa.

Malamnya, mau bakar daging kok ya malas. Jadi, malam itu yang BBQ cuman kakak ipar dan saya hanya nyomot beberapa saja. Ayam yang sudah dimarinasi sejak pagi nganggur deh dalam kulkas.


Baca Buku



Bosan nonton film, saya beralih membaca buku. Habis bongkar lemari buku, ternyata ada setumpuk novel yang belum selesai dibaca dari tahun lalu. Mau nggak mau harus dibaca karena tahun 2021 karena ingin kembali menulis fiksi. Sudah dapat teror dari beberapa teman yang selalu nanya kapan saya nulis novel lagi. Terharu dong.

Terlalu lama hibernasi membuat saya lupa bagaimana cara memulai cerita. Membaca, membantu menyegarkan ingatan bagaimana cara memulai sebuah cerita. Semoga istiqomah dan nggak terdistraksi sama hal lain. Doakan saya.


Baca juga: 

Saya Membenci Perayaan Tahun Baru 

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Corona Berakhir? 


Tidur Awal


Saat malam pergantian tahun, saya tidak berniat untuk mengubah pola tidur. Biasa saja seperti hari-hari sebelumnya. Saya tidur sekitar jam 8 malam sehabis membaca dan menonton beberapa episode drama.

Alhamdulilah nyenyak sampai pagi, tetangga sebelah pengertian banget. Biasanya mereka paling ribut karena menyalakan petasan dan membuat tidur terganggu. Semakin berumur, saya tidak menyukai suara petasan. Rasanya nggak nyaman di dada. 2 tahun lalu saya pernah nangis tepat jam 00.00 karena tetangga sebelah menyalakan petasan yang gila-gilaan.

Lagi enak-enak tidur lalu mendengar suara keras, rasanya gelisah. Saya nangis nggak karuan karena bunyi petasan nggak berhenti-berhenti. Mami sampai panik dan Papi akhirnya kirim sms sama tetangga sebelah.

Fyuh pokoknya drama banget kalau menjelang akhir tahun, tapi saya bersyukur tahun ini bisa tidur dengan damai.

Perayaan tahun baru, haruskah dirayakan?
Pengalaman Tragis di Akhir Bulan

Pengalaman Tragis di Akhir Bulan

pengalaman tragis di akhir bulan


Pengalaman Tragis di Akhir Bulan


Saat kuliah dulu, ortu memberikan saya uang jajan sebesar Rp. 300.000 selama satu bulan. Semua itu sudah termasuk uang makan, transportasi, pulsa dan kebutuhan sehari-hari. Entah bagaimana caranya mengelola, pokoknya tiga ratus ribu itu sudah harga mati.

Awal kuliah, saya selalu bareng kakak ke kampus, pun saat pulang. Terkadang untuk menghemat, saya rela tidur di mobil sambil kegerahan untuk menunggu kakak selesai kuliah. Kami beda jurusan dan kadang beda jam pulang kuliah. Huh, capek juga sih kalau nunggunya kelamaan, tapi nggak papa deh setidaknya bisa menghemat uang jajan.

Di awal bulan rasanya tuh bahagia sekali, uang masih banyak jadi kadang suka khilaf buat foya-foya. Membeli hal-hal nggak penting, seperti benda-benda berwarna merah muda. Entah buat apa, pokoknya beli aja. Terus baru sadar di akhir bulan, keuangan mulai menipis dan ujung-ujungnya harus kembali berhemat.

Sebagai mahasiswa kekurangan uang itu sudah kayak trademark meski saya tidak ngekos seperti teman-teman lainnya. Ada saja pengalaman tragis di akhir bulan yang konyol untuk diceritakan. Seperti waktu itu yang menurut saya paling parah.


Kehilangan Kartu Loker Perpustakaan



Hari itu saya ke perpustakaan untuk mencari literatur buat proposal skripsi. Sama seperti peraturan beberapa perpustakaan, kami tidak boleh membawa tas ke dalam. Tas harus dititipkan di loker yang dijaga oleh petugas.

Selesai mengambil dompet, handphone dan buku untuk mencatat. Saya mengambil kartu loker yang diserahkan oleh petugas lalu naik ke lantai 2 di mana tempat perpustakaan Fakultas Psikologi berada. Saya memilih tempat di pojok, meletakan buku catatan sebagai tanda, kemudian mencari literatur yang saya butuhkan melalui komputer.

Keasyikan mencatat membuat saya lupa waktu nggak terasa sudah sekitar jam satu siang. Rencananya mau sholat dulu terus balik pulang ke rumah, sampai di depan loker penyimpanan tas, saya membuka dompet mencari kartu loker. Ternyata kartunya nggak ada, panik dong saya. Akhirnya saya kembali masuk ke dalam. Mencoba menelusuri pelan-pelan lokasi yang tadi saya lewati. Ketar ketir karena menghilangkan kartu loker perpustakaan kena denda Rp. 50.000. Duh, pas buka dompet uangnya cuman sisa Dua Puluh Ribu Rupiah. Hiks rasanya pengin nangis dong.

Setelah berkali-kali mencari, saya menyerah dong. Akhirnya saya bilang sama penjaga loker kalau kartunya hilang. Sempat dikasih kesempatan untuk mencari lagi tapi saya bilang kalau sudah berkeliling 3 kali. Akhirnya saya mencoba menelepon salah satu teman yang kebetulan ada di kampus. Saya menceritakan kejadian yang dialami, untungnya teman saya bawa duit lebih. Kebayang kalau nggak. Bisa nangis beneran saya.

Alhamdulillah bisa keluar juga dari perpustakaan setelah drama kehilangan kartu. Rencana pulang langsung batal, sehabis shalat saya memutuskan main ke lab komputer saja untuk mendinginkan diri dan pikiran.

Sejak tragedi itu, tiap main ke perpustakaan atau ke lokasi yang ada penyimpanan loker saya suka insecure takut kehilangan kartu lagi.


Baca juga:


Menantang Banjir



Keluar dari Lab komputer saya baru menyadari bahwa di luar hujan deras, kebetulan lab komputer kampus memiliki peredam suara jadi nggak bisa mendengar suara di luar. Nah, daerah Darmawangsa, tempat kampus saya berada itu merupakan daerah langganan banjir sejak dahulu kala.

Fyuh, bingung dong bagaimana mau pulang. Kakak menelepon mau menjemput ternyata dia sedang main ke kampus, tapi saya nggak enak sama teman yang tadi meminjamkan uang. Masak iya habis pinjam uangnya saya tinggalkan begitu saja.

Mobil teman saya jenis sedan, nggak mungkin bisa menembus banjir tinggi. Ya sudah pasrah saja menunggu air surut. Lagipula besok libur kuliah. Jam 20.00, kami memutuskan menerobos pulang. Sempat ketar-ketir juga bisa nggak ya pulang dengan selamat menantang banjir,

Sesudah mengisi bahan bakar, kami melanjutkan perjalanan. Eh, ternyata kami ditipu dong, tanda lampu bensin masih kedap-kedip. Jadi, barusan bensin yang kami isi tidak bertambah. Huu sedih di tengah banjir begini. Teman saya yang menyetir mulai panik dong, sambil berdoa saya menenangkan dia.

Akhirnya kami bisa melewati banjir tinggi di daerah Kertajaya. Mampir lagi ke Pom Bensin untuk kembali mengisi bahan bakar. Sisa uang Dua Puluh Ribu saya kasihkan karena uang teman saya hanya tersisa Rp. 50.000.

Setidaknya bensinnya bisa terisi dan cukup sampai rumah.

Hari itu benar-benar pengalaman tragis yang terlupakan sampai sekarang. Kejadiannya juga pas akhir bulan ketika keuangan sudah mulai seret. Kejadian itu semacam pengingat untuk tidak boros menghabiskan uang yang ada. Sering ada kejadian yang tidak terduga.

Kalian ada pengalaman apa soal drama akhir bulan?
Teruntuk Tikha

Teruntuk Tikha

tangkuban perahu, surat cinta, surat, teruntuk tikha, wisata bandung



Dear Tikha,


Tahun ini usiamu genap 36 tahun, usia yang kata orang sudah lewat untuk memasuki usia pernikahan. Beruntung saja kamu tinggal di kota, bukan di desa yang bakal jadi omongan tetangga karena usia di atas 30 tahunan masih betah melajang.

Kadang, aku heran. Mengapa sih orang-orang sibuk menanyakan hal yang nggak penting kepada orang lain? Beneran peduli atau sibuk mencari bahan untuk diomongkan kembali sama orang lain? Entahlah.

Apakah kamu bahagia? Menyendiri selama ini?

Aku tahu kok bagaimana kamu diam-diam di tengah malam yang sunyi terkadang memikirkan hidupmu yang hanya stuck di sini. Di kala beberapa temanmu sibuk merajut kisah cinta dengan pasangan, kamu sendiri hanya berteman kesendirian. Memikirkan apakah nanti akan ada masanya kamu memiliki pasangan yang bisa diajak ngobrol, peluk menjelang tidur?

Tak apa Tikha. Tak ada yang namanya ketinggalan.

Bukankah Kah kamu tahu, Allah tidak pernah ingkar? Mungkin saja dia tengah menyiapkan seseorang yang memang benar-benar tepat denganmu. Allah tidak mau membuatmu tersakiti lagi, seperti dulu. Allah sengaja membawa pergi lelaki yang mendekatimu karena tahu bahwa mereka itu bukan untukmu.

Berbahagialah, lakukan apa yang kamu sukai. Jangan hiraukan apa kata orang tentang dirimu. Kamu tidak butuh validasi dari orang lain untuk merasa bahagia. Kamu yang pegang peranan itu bukan orang lain.

Aku tahu, selama bertahun-tahun kamu hidup dengan prasangka orang. Ketika masih kanak-kanak, mungkin kamu hanya menganggapnya angin lalu bahkan tak segan-segan kamu protes pada teman-teman yang mengejekmu ‘robot.’ i’m proud of you. Kamu belajar untuk mengatakan apa yang tidak disukai kepada orang lain.


Seiring berjalannya waktu, kamu tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Katamu, ‘omongan orang itu tajam, dan kamu tidak ingin tersakiti.’ Kamu memilih menyimpan rapat-rapat semua perasaanmu dan hanya berteman dengan buku diary. Sejak itu kamu tidak menyukai tatapan orang lain yang seolah iba atas kondisimu. Kata orang kamu penyakitan, bodoh dan menyedihkan.

Maaf ya Tikha, saat itu aku tak bisa melindungimu. Aku memilih bersembunyi dibalik ketakutanmu itu, memilih diam, menyaksikan kamu berjuang dengan pergulatan batin masa remaja dan tekanan hidup yang keras.

Aku bersalah. Ketika membiarkanmu memiliki pikiran untuk bunuh diri. Seharusnya., aku yang paling membelamu saat itu. Maaf, aku sama lemahnya denganmu, tapi aku bangga padamu. Kamu bertahan meski rasa sakit tiap malam menderamu.


Terima kasih Tikha, sudah bertahan. Kamu sudah melakukan hal yang terbaik selama ini.

Sekarang, aku semakin bangga padamu. Kamu tumbuh menjadi pribadi yang mulai terbuka dengan orang lain. Perlahan, kamu percaya bahwa tidak semua orang berprangsangka buruk padamu. Aku tahu kamu masih belajar untuk itu. Good job.

Satu lagi, kamu hebat sudah melewati masa-masa pemulihan sehabis operasi. Tetaplah sehat biar kita bisa merangkai hari yang penuh bahagia bersama. Ada banyak impian yang belum kamu penuhi. Mengunjungi negara Jepang seperti yang sudah kamu tulis di postingan blog, menikah dan mengunjungi Baitullah bersama keluarga besar.


Baca juga: A Letter To Hana


Aku dari masa kecilmu akan menjadi saksi dari kebahagianmu itu. Sekali lagi terima kasih sudah bertumbuh dan bertahan dalam waktu yang lama. Aku selalu bangga padamu.

Mari berbahagia, Tikha. Kita sambut usia 36 tahunmu dengan penuh rasa bersyukur karena Allah membantumu hingga saat ini.


Salam sayang, 


Aku dari masa kecilmu.