Saat Teman Sepermainan Menikah, dan Saya Masih Sendiri

wedding day, pernikahan. bridestory


Holla,

Apa kabar kalian semua? Pasti pada baik, kan?

Hari ini saya kembali lagi dengan postingan kolaborasi bareng Wulan Kenanga. Postingan ini merupakan yang kedua kalinya. Dan, semoga si Wulan nggak kapok buat kolaborasi lagi sama saya.

Postingan Kolaborasi sebelumnya: apa kata ortu soal freelancer

Dan, kali ini Wulan ngajakin nulis dengan teman yang cukup sensitif. Iyes, buat saya terutama dan wanita-wanita di luar sana yang masih menunggu sang belahan hati. Maunya sih nggak nulis beginian tapi apa daya saya dipaksa. Baiklah, kalian bisa baca curahan hati saya.


Setiap orang pasti ingin menikah. Siapa coba yang tidak ingin menjalankan sunnah Rasul ini, menyatukan hubungan dalam ikatan yang sah. Saya mau banget. Catat ya pakai banget.

Dulu, salah satu mimpi saya saat memasuki usia remaja adalah lekas menikah. Iyes, Menikah masuk dalam goal saya dalam hidup ini. Bahkan saya pernah bilang sama diri sendiri mau nikah di usia 25 tahun. 

Sempat terbesit rasa iri ketika kakak perempuan saya bisa menikah di usia muda. Wih, usia masih kuliah tapi punya gandengan halal buat diajak kemana-mana. Tapi, gimana kalau pada akhirnya jodoh yang kamu tunggu itu tak juga datang? Sedangkan, teman sepermainanmu satu persatu mulai merajut indahnya hubungan rumah tangga.

Baper?


Iyes. Setiap kali datang ke acara nikahan. Hati saya rasanya mencelos. Membayangkan kapan saya akan duduk di atas pelaminan itu nantinya. 

Saya ingat. Saya pernah merasa sangat teramat sedih ketika seorang sepupu yang sangat dekat dan bisa dibilang teman masa kecil menikah. Saya menangis sejadi-jadinya di kamar sehabis acara lamarannya. Dan, hati saya kembali tergores saat menyaksikan acara Ijab Kabul tersebut. Rasa haru bercampur marah menimbulkan efek yang luar biasa dalam dada. 

 Entah mengapa saya merasa kalah saat itu.

Tapi kemudian saya belajar membesarkan diri bahwa: tiap orang punya takaran tersendiri baik itu rejeki, anak, jodoh dan lainnya yang semuanya berasal dari Allah.

Seiringnya waktu saya merasa baik-baik saja saat mendengar salah satu sahabat SD saya pada akhirnya menikah. Saya bahkan mengucapkan selamat kepadanya sambil meminta doa bahwa saya akan segera menyusulnya juga.

Saya tahu di luaran sana banyak orang yang kepo dengan status lajang. Beberapa dari mereka mungkin bertanya-tanya kenapa di usia menjelang 32 tahun ini saya betah melajang. Berbagai komentar sering saya dapatkan saat mereka tahu saya masih sendiri.

Saya sih senyumin aja.

Hei. Saya bukannya tak berusaha loh. Bukannya saya tak ingin menjalin ikatan suci yang diRahmati Allah. Hanya saja, belum saatnya. 

Sama halnya seperti kalian yang sudah menikah tapi belum memiliki anak. Ada yang berusaha sedemikian rupa sampai bertahun-tahun belum juga dikaruniai momongan. Sama, kan?

Sejatinya soal jodoh, rizki dan anak itu adalah kuasa Allah. Dan cara Allah memberikannya berbeda-beda. Ada yang cepat dan lama.


Salam,

19 komentar

  1. betul banget mbak, yang pasti kita sudah berusaha. Kiasan yg betul bgt, Bagaikan pingin punya anak tp masih belum, pasti Allah sdh mengatur semuanya dg baik. Adakalanya Allah memberi tanda ke kita untuk melakukan hal lain yang cukup berguna buat diri atau bahkan untuk orang lain:-) Rahasia Allah sungguh luarbiasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget. Semua itu hak Allah dan kita cuman tunduk sama ketentuannya

      Hapus
  2. Setuju, mba. Semua orang punya jalannya masing-masing. Kalau mau dengerin kata orang, capek. Hihiii. Tetap semangat :)

    BalasHapus
  3. Setuju, mba. Semua orang punya jalannya masing-masing. Kalau mau dengerin kata orang, capek. Hihiii. Tetap semangat :)

    BalasHapus
  4. Setuju, semua atas kuasa Allah. Semoga kita bisa sabar menghadapinya. Apapun itu

    BalasHapus
  5. Iya dengerin kata orang mah capek, belum nikah ditanya kapan nikah, udah nikah ditanya kapan punya anak, udah punya anak 1 ditanya kapn nambah anak, wes pokoknya ga ada habisnya ya.

    Tetap semangat Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya orang kepo ada aja pertanyaannya ya

      Hapus
  6. sabar ya mbak, semoga Allah segera memberimu jodoh yang baik,amiiin..

    BalasHapus
  7. Semua sudah ada waktunya, percayalah

    BalasHapus
  8. Mbak Tikhaaa keren dan kece, Menikmati ke-single-an dengan bahagia . aduuh blogmu kece sekali Mbaaak

    BalasHapus
  9. Tetap semangat, sabar dan ikhtiar ya mbak. Keep smile biar banyak jomblo yang kesemsem 😊

    BalasHapus
  10. Saya nggak setuju jika menikah adalah cita-cita. Saya rasa cita-cita yang lebih penting itu adalah hidup bahagia. Sayangnya banyak orang salah kaprah mengira bahwa hidup bahagia itu harus dengan menikah.

    Pada usia 34 tahun, banyak teman saya sudah jadi janda. Baik itu karena bercerai, atau karena suaminya meninggal. Masih mending meninggal itu ditinggali warisan, lha teman saya ditinggal dalam keadaan ekonomi morat-marit karena kesalahan manajemen finansial keluarga. Apa itu yang disebut pernikahan yang bahagia?

    Saya rasa orang jangan buru-buru menikah hanya karena usia sudah 30, 35, atau bahkan 40 sekalipun. Menikahlah hanya jika sudah siap. Siap itu bukan cuma siap bergandengan tangan secara halal ke mana-mana, tapi juga siap jadi anggota sosial masyarakat sebagai suami-istri. Dan titik ini yang justru tidak gampang.

    BalasHapus


EmoticonEmoticon