Nikmati Pengalaman Menginap yang Menyenangkan Dengan Ibis Style Surabaya Jemursari

Nikmati Pengalaman Menginap yang Menyenangkan Dengan Ibis Style Surabaya Jemursari





Buat saya, kenyamanan saat menginap di hotel adalah yang utama. Karena hotel tidak lagi cuman sekedar tempat tidur atau melepas lelah ketika kita sedang berlibur. Sebaliknya, menginap di hotel buat saya juga bisa jadi short escape atau bahkan alternatif tempat berlibur (Baca Staycation) kalau lagi suntuk bersama keluarga.

Beragam banyak hotel di Surabaya membuat kita harus bisa memilih dengan cermat. Jangan sampai salah pilih hotel dan membuat acara liburan dengan keluarga tidak nyaman karena perkara kamal hotel yang seram, fasilitas yang tidak memadai dan makanan yang tidak enak. Sebisa mungkin hotel yang kami pilih memiliki standar pelayanan hotel berbintang dengan fasilitas yang mumpuni. Salah satu hotel pilihan saya adalah Ibis Style Surabaya Jemursari.


Kenapa harus Ibis Style Surabaya Jemursari?


Ibis adalah sebuah brand hotel di bawah naungan grup AccorHotel yang tersebar di beberapa negara di luar dan dalam negeri. Berada dalam jaringan hotel internasional membuat Ibis memiliki standar pelayanan hotel berbintang yang mumpuni dengan berbagai fasilitas yang dapat memanjakan para konsumen. Brand Ibis mengusung tiga tema yaitu Ibis, Ibis Style dan Ibis Budget

Ibis Style sendiri diperuntukkan bagi orang-orang yang suka desain kekinian dan merindukan pengalaman menginap yang menyenangkan. Uniknya, desain tiap hotel Ibis Style yang tersebar di Indonesia itu tidak sama.

Lokasi


Ibis Style Surabaya Jemursari berlokasi di antara Jalan Jemursari dan Jalan Kendangsari yang hanya berjarak 25 menit dari Bandara Internasional Juanda dan pusat Industri Rungkut.

Hotel ini memiliki dua lobi. Lobi utama dapat diakses dari Jalan Jemursari, sedangkan lobi kedua diperuntukkan kepada konsumen yang mengarah dari Jalan Kendangsari. Keberadaan dua lobi ini mempermudah konsumen saat menuju hotel.


Desain Interior yang Unik dan Chic


Lobi Utama

Saya sendiri suka dengan hotel yang berdesain modern dan kekinian. Sebagai seorang blogger yang selalu memikirkan konten, foto kece ala-ala itu wajib hukumnya. Dan, saya bahagia saat mengetahui setiap sudut dari Ibis Style Jemursari ini instagramble.


Lobinya utamanya bernuanasa ceria, mejanya dominasi warna kuning dengan 3 lampu besar yang menggantung di atasnya. Dinding di belakang meja lobi berupa tulisan-tulisan dengan bermacam-macam font yang apik. Berseberangan dengan lobi, kamu bisa duduk cantik di sofa-sofa berwarna-warni yang empuk sambil membaca buku atau koran.


Lobi Kendangsari

Ada Berkah Dalam Setiap Makanan Kita

Ada Berkah Dalam Setiap Makanan Kita



Saya suka gemas setiap kali sedang makan di sebuah resto atau pusat makanan  di mana selalu ada saja makanan yang bersisa di piring. Kalau cuman tinggal beberapa butir sih nggak masalah ya. Ini hampir separuh lebih.

Nah. Lo.

Ada lagi di sebuah pesta, saya bertemu seseorang yang mengambil banyak makanan di atas piringnya. Ternyata dia hanya memakannya beberapa sendok lalu ditinggalkan saja di atas meja. Duh, kesal deh.

Cerita yang lain.

Saya pernah bepergian dengan beberapa teman, kalau nggak salah waktu itu adalah perjalanan dari Singapura ke Malaysia. Kami sampai tengah malam dan kelaperan. Saya sendiri sudah kelelahan, badan lengket dan ingin segera bertemu kasur. Karena beberapa teman ingin makan malam. Saya terpaksa mengikutinya. Sambil setengah mengantuk, kami menunggu hidangan yang kami pesan. Sengaja tidak makan di tempat karena sudah terlalu malam.


Singkat cerita kami kembali ke hotel. Saya nggak terbiasa makan di malam hari memilih untuk mandi sedangkan teman saya mulai membuka makanannya. Sehabis mandi, saya lihat dia sudah rebahan di kasur.  Saya tanya apa dia sudah selesai makan? Dia menjawab sambil menunjuk makanannya di tempat sampah. Sekilas saya masih melihat tumpukan nasi di dalam kotak stereofoam dan dia membuangnya begitu  saja. Astaga, rasanya saya sebal melihat kelakuan dia.
Wanita Menyatakan Perasaan Terlebih Dahulu, Kenapa tidak?

Wanita Menyatakan Perasaan Terlebih Dahulu, Kenapa tidak?



Holla,

Sudah masuk minggu kedua bulan Oktober, ya ampun perasaan baru kemarin ganti tanggal.  Seperti biasa tiap minggu kedua setiap bulan, saya dan wulan berkolaborasi. Kali ini kami berdua mau membahas soal Wanita Menyatakan Perasaan Lebih Dahulu, Yay or Nay?

Kali ini saya berada di pihak wanita yang setuju soal perasaan itu bukan masalah gender. Jadi, kalau wanita mau menyatakan perasaan dulu mah boleh-boleh aja. Lebih lengkapnya kamu bisa baca di bawah ini ya.

Buat yang pengin baca pendapat Wulan tentang tema ini bisa baca ya:  WANITA MENYATAKAN CINTA LEBIH DULU? AH, TIDAK! PEREMPUAN HARUS TETAP PADA POROSNYA

Bicara soal asmara, katanya yang paling memegang peranan penting itu adalah lelaki. Wanita kabarnya menjadi pihak yang pasif. Pasif di sini dalam artian menunggu lelaki mengambil tindakan. Selama lelaki itu tidak memberikan sinyal bahwa dia menyukai kita, ya tunggu saja sampai dia sadar.

Terus kalau si lelaki belum sadar juga gimana? Mau sampai kapan menunggu dia menyatakan perasaan?

Bicara soal menyatakan perasaan, saya jadi teringat kisah cinta yang telah silam. Ceritanya saya pernah naksir kakak kelas. Orangnya baik dan nggak segan-segan untuk bantuin saya. Dia juga orang pertama yang minjemin saya buku kuliah yang langka dan kadang melakukan sesuatu yang menurut orang lain sederhana, tapi buat saya itu sesuatu.

Gadis Penyuka Hujan

Gadis Penyuka Hujan

Photo by David Marcu on Unsplash

Dari semua musim yang ada di Indonesia, musim hujan adalah favoritku.

Langit muram, aroma tanah basah dan genangan air sehabis hujan itu seperti sebuah kesenangan tersendiri bagiku. Ya, mungkin sebagian orang akan menganggapku aneh karena suka dengan genangan air. Entahlah, ada yang tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Dan, aku menyukainya.

Eit, bahkan dalam agama Islam, turunnya hujan itu sebagai perwujudan dari rizki. Saat hujan turun, Malakait Mikail akan turun serta menyampaikan rizki. Nggak percaya? Lihat saja tumbuhan akan semakin lebat setelah hujan turun, tanah-tanah menjadi lebih subur dan udara menjadi lebih dingin. Penjual makanan panas dan berkuah laku keras deh. Di sela-sela hujan deras yang mengguyur bumi, ada sebagian orang yang juga mengais rejeki. Lihat saja di depan pintu masuk pusat perbelanjaan, ada saja kerumunan orang yang turut menyewakan payung. Hmm, jadi jangan bilang ya kalau hujan nggak bawa rizki.

Artikel yang terkait dengan hujan: Cerita Tentang Hujan
Hunting Foto Di House Of Sampoerna Surabaya

Hunting Foto Di House Of Sampoerna Surabaya



house of sampoerna


Hunting Foto Di House Of Sampoerna Surabaya


"Foto Profilnya terlalu biasa, Mbak," ujar Wulan.  Saat itu saya tengah meminta bantuan Wulan mengubah tatanan blog supaya lebih rapi lagi termasuk juga mengubah foto profil di blog biar lebih terlihat profesional.

Sungguh apa yang dikatakan Wulan sempat membuat saya tertohok. Jujur, saya nggak punya koleksi foto-foto yang bagus. Setiap kali jalan-jalan, saya selalu kebagian tugas untuk mendokumentasikan orang lain. Giliran saya minta difotoin hasilnya malah nggak sesuai harapan. Di situlah saya sering merasa sedih. Kebanyakan foto-foto saya berupa swafoto dan itu sama sekali nggak kece.

"Ya udah. Sementara foto profil dikosongin dulu," jawab saya saat itu sambil memandang masam kumpulan foto-foto yang menyedihkan.

Saya sempat berencana melakukan pemotretan di studio hanya untuk membuat foto profil yang keren tapi rencana itu nggak pernah terwujud. Saya yang malas pergi keluar atau pas saat itu saya tengah nggak punya uang alias bokek.

Saya pernah menceritakan keinginan ini sama Wulan dan dia cuman tertawa. "Mbak, kamu punya kamera bagus. Kenapa nggak pakai kameramu aja?"

Ups, saya nggak pernah kepikiran hal ini. Iyes, saya punya kamera yang mumpuni, kenapa nggak merencanakan pemotretan sendiri. Berhubung Wulan masih tinggal di Mojokerto, rencana itu baru semacam wacana.

"Mbak, aku mau ke Surabaya," ujar Wulan dalam pesan singkatnya. Saya nggak mau buang kesempatan, mumpung Wulan berencana ke Surabaya. Pemotretan ini harus dilakukan. 

Beberapa hari saya ngubek-ngubek pinterest untuk cari ide buat pemotretan. oh iya, pinterest itu salah satu sumber buat saya mencari ide. Apa pun bisa kamu temukan dalam pinterest dan itu berguna banget buat saya yang bekerja di dunia kreatif. Ide-ide segar harus selalu diciptakan. Saya punya papan khusus yang berhubungan dengan fotografi jadi ketika saat membutuhkannya, saya tinggal mencari di papan pinterest yang saya miliki. 


Selain pinterest, saya juga ngubek-ngubek youtube dan instagram demi sebuah pemotretan yang akan dilakukan. Mungkin buat kalian kok kayaknya lebay banget tapi percayalah ini bukan hanya saya saja. Banyak kok para blogger lifestyle yang mempersiapkan banyak hal sebelum melakukan pemotretan foto profil bahkan ada menggunakan jasa fotografer. Daebak.

Sehari sebelum pemotretan Wulan sudah menginap di rumah. Malamnya saya masih sibuk mencari konsep dan lokasi yang diinginkan untuk pemotretan kali ini. Saya sendiri ingin foto profil dengan tema urban. Setelah melalui beberapa perdebatan, akhirnya kami sepakat untuk melakukan pemotretan di House Of Sampoerna. Oke deh, kebetulan saya sendiri belum pernah berkunjung ke sana.

Hunting Foto Di House Of Sampoerna Surabaya
My Outfit

Kami berempat berangkat sekitar pukul 08.00 dengan menggunakan motor. Itu hari Minggu dan jalanan Surabaya cukup ramai karena penduduk Surabaya banyak yang menghabiskan akhir pekan bersama keluarga, apalagi saat itu Surabaya sedang ada ada acara yaitu salah satunya Festival Rujak Uleg. 

Perjalanan yang ditempuh sekitar 45 menit. Sampai sana kami hanya membayar karcis parkir. Jadi, kalau kamu ingin berkunjung ke House of Sampoerna, nggak ada tiket masuk ya alias gratis. Selesai parkir motor kami siap untuk beraksi. Ternyata keadaan cukup ramai, kami melihat banyak orang datang berkunjung dan berswafoto. Wah seru.

house of sampoerna

Tujuan pertama kami adalah museumnya. Kami mengambil beberapa gambar di area sudut. Sebelumnya saya memberikan contoh beberapa foto dan lokasi yang ingin saya pakai. Wulan dengan sabar mengikuti saya kemana-mana. Kadang, kami bergantian. Saya bertugas mengambil gambar.


wisata surabaya, house of sampoerna surabaya




Salah satu lokasi yang saya sukai dalam museum ini adalah area tangga. Selain memiliki pencahayaan yang bagus juga punya latar belakang yang apik. Kami sengaja berlama-lama di sana. Mencoba berbagai gaya. Berterima kasihlah kepada penemu tripod, di saat tidak ada orang yang dimintai bantuan. Tripod sangatlah membantu. Keuntungan yang lain kamera saya memiliki aplikasi remote yang bisa mempermudah saat pengambilan gambar. Kami lama berada di area ini. Mengambil gambar sepuasnya.

Keluar dari museum, kami pindah ke area samping. Di mana dominasi dinding berwarna putih dan pintu-pintu berwarna merah yang klasik. Beberapa pohon Palem yang berjejer di antara kursi-kursi membuat area ini terlihat cantik untuk ootd. Ah, saya senang banget soalnya pakaian yang saya gunakan cocok dengan tema ini. Vintage banget.
Yuk, mari bergaya. Nggak usah malu pasang aksi. Soalnya hari itu bukan saya saja yang tengah melakukan pemotretan. Ada banyak. Seru.

Hunting Foto Di House Of Sampoerna Surabaya, wisata surabaya


Kalau ke sini jangan lupa bawa air minum sendiri. Soalnya saya tidak menemukan ada yang jual minuman atau saya memang melewatkannya. Entahlah.

Kami selesai pemotretan kira-kira jam 11. Pemotretannya tidak begitu maksimal di luar soalnya terik mataharinya ganggu banget. Lain kali kalau kami ingin melakukan pemotretan ada baiknya datang lebih pagi biar nggak kepanasan. Keluar dari House of Sampoerna kami disambut kepadatan lalu lintas yang lumayan. Lokasi kami ini berdekatan dengan festival rujak uleg. Yah, disabarin aja deh.

Saya puas banget dengan pemotretan hari itu. Emang sedikit melelahkan tapi terbayar dengan foto-foto yang cakep. Oh, iya itu foto profil blog yang saya pakai itu hasil foto-foto di sana loh. Terima kasih Wulan Kenanga atas foto-fotonya yang kece.

woman with black dress, hunting foto di house of sampoerna


Salam,
Teruntuk Kamu

Teruntuk Kamu



Aku selalu menerka-nerka seperti apa rupa jodohku kelak?
Apakah dia bertubuh jangkung?
Apakah dia pendek?
Apakah dia berkulit putih?
Apakah dia seperti kebanyakan lelaki Indonesia, berkulit sawo matang?

Aku kerap kali menerka-nerka seperti apa kami bertemu nanti?
Apakah kami bertemu dalam sebuah perjalanan yang panjang atau kami bertemu saat mengantri di kasir?
Apakah kami saling kenal atau hanya sepasang asing yang dipertemukan oleh takdir?
Apakah kami bertemu dalam sebuah acara perjodohan? atau sebuah pertemuan tidak sengaja di resepsi pernikahan.
Apakah kami akan saling mengenali?
Apakah dia yang akan menemukanku atau aku yang menemukannya terlebih dahulu?

Entahlah,

Aku hanya berharap, dia adalah lelaki pilihan Tuhan yang disandingkan atas nama cintaku kepada Sang Pemilik Rindu.

Hai, kamu. Iya Kamu.

Bersabarlah, kita akan bertemu kelak. Tunggulah aku.


Pengalaman Pertama Naik Pesawat Terbang yang Mendebarkan

Pengalaman Pertama Naik Pesawat Terbang yang Mendebarkan


Fly Away into the sky



Pengalaman Pertama Selalu akan diingat



Seseorang pernah mengatakan itu pada saya. Segala sesuatu yang dimulai pertama kali akan selalu diingat termasuk mantan pertama. Tapi tenang, postingan ini akan bebas dari yang namanya berbau mantan atau cinta. Hahahaha.


Mana pernah saya membayangkan bisa naik pesawat terbang. Dalam mimpi pun tidak. Orang Tua saya yang bekerja sebagai PNS tidak memiliki gaya hidup yang mewah untuk sekedar melakukan perjalanan menggunakan pesawat. Kecuali Papi. Sebagai Polisi Papi sering mendapat tugas ke daerah-daerah yang jauh dengan durasi waktu sedikit Sehingga hanya bisa ditempuh dengan naik pesawat.

Papi adalah orang yang memberi saya mimpi tentang naik pesawat. Waktu itu kalau tidak salah beliau sedang sekolah ke Jakarta. Setiap dua minggu sekali, Beliau pulang ke Surabaya untuk mengunjungi kami. Memiliki Ayah seorang Polisi membuat kami jarang berjumpa. Kalau nggak ditinggal dinas ke luar daerah ya sekolah lagi.

Adakalanya Papi pulang ke Surabaya menggunakan pesawat. Nggak sering sih tapi pernah beberapa kali. Tahu sendirilah saat itu pesawat adalah akomodasi yang paling mewah di antara moda transportasi lainnya. Setiap kali Papi pulang dengan menggunakan pesawat selalu membawa oleh-oleh berupa roti, gula, mentega, tisu basah dan terkadang tempat makan dari pesawat (belakangan baru tahu bahwa alat makan ini nggak boleh dibawa). Oleh-olehnya recehan sih apalagi plus cerita-cerita Papi tentang betapa enaknya naik pesawat.



Simpan Erat Mimpimu, Karena Kita Nggak Bakal Tahu Kapan Akan Terwujud



Kesempatan itu akhirnya datang juga. Sekitar tahun 2005, saya diajak Mami bersama rombongan teman kerjanya ke Jakarta. Acara tahunan sekolah untuk melepas penat. Kami berangkat ke Jakarta dengan kereta api sekitar 20 orang. Itu bukan kali pertama perjalanan saya dengan kereta tujuan Jakarta karena sebelumnya saya pernah pergi ke Jakarta. Nanti deh saya buat postingan yang terpisah.

Singkat cerita kami ke Jakarta sekitar 3 hari. Menginap di hotel sekitaran Blok M. Dulu, Blok M termasuk ngeghits loh dan kayaknya udah keren banget kalau sudah ke sana. Seperti biasalah aktivitas selama di Jakarta kalau nggak belanja dan belanja.

Sebelum pulang, kami mampir dulu ke Taman Impian Jaya Ancol. Main-main ke Sea World dan Dunia Fantasi.

 

Ada kejadian lucu ketika di Dufan, Saya tiba-tiba kepengin naik Rollercoaster dan sama Mami dibolehin. Sok banget ikutan ngantri bareng orang-orang. Pas Rollercoaster-nya mulai jalan, saya masih nyantai. Sampai di puncak dan meluncur rasanya jantung saya kayak mau jatuh. Saya nangis minta turun. Duh, Gusti. Gimana bisa turun wong udah terlanjur naik. Sepanjang rollercoaster berjalan saya merem sambil nangis.

Turun dari arena permainan seluruh persendian lunglai, gemetaran nggak jelas. Mami sempat dimarahin sama beberapa temannya kok berani ngajak saya naik permainan yang dilarang buat penderita jantung. Entahlah, pokoknya pengalaman ini nggak saya lupakan.

Pertama kali masuk ke dalam pesawat yang saya rasakan adalah dingin dan suara mesin yang agak berisik. Pesawat yang saya naiki saat itu adalah Buraq (sekarang maskapai itu sudah tidak beroperasi lagi). Pesawatnya terbilang kecil. Jarak antar kursi dengan kursi lainnya terlalu berdekatan. Saya duduk di tengah. Diapit oleh Mami dan temannya.

Ketegangan terjadi ketika pesawat mulai terbang. Rasanya ada yang bergejolak dalam perut dan saya hanya bisa memejamkan mata sembari mencengkram erat-erat pinggiran kursi. Ah, jadi begini rasanya naik pesawat.

Drama pun terjadi saat ada pesawat mulai bergoncang dan sebuah pemberitahuan dari ruang kokpit bahwa pesawat mengalami turbulensi. Suasana menjadi hening ketika lampu dalam pesawat mulai dipadamkan satu per satu. Saya menggenggam erat tangan Mami sambil berharap ini akan berakhir. Goncangan semakin keras, lirih terdengar beberapa orang membaca kalimat takbir termasuk teman Mami. Kelelahan setelah bermain tadi dan turbulensi menurunkan kepercayaan diri. Saya menangis sepanjang perjalanan.



Alhamdulillah turbulensinya berakhir. Lampu kembali dinyalakan dan pesawat siap untuk mendarat. Saya pikir semua ketegangan ini telah berakhir. Nggak tahunya, saya merasakan sakit di telinga dan sempat panik karena nggak bisa mendengar apa-apa kecuali getaran mesin pesawat. Kebetulan saat itu saya duduk di bagian sayap yang getarannya lebih kuat. Saya menoleh sama Mami sambil menangis. Lewat tatapan mata saya menanyakan kondisi yang dialami. Mami menggenggam erat tangan saya sambil mengatakan nggak papa sampai pesawat mendarat dengan sempurna.

Lega rasanya ketika satu per satu penumpang turun. Kaki saya masih terasa lemas tapi saya senang. Drama itu akhirnya selesai juga. Dan, berhari-hari berikutnya saya masih merasakan Jet Lag sampai diketawain teman. Bodo amat ah.

Pengalaman pertama itu sempat membuat saya takut naik pesawat tapi sampai sekarang saya nggak nolak kok. Saya jadi suka bepergian dengan menggunakan burung besi. Membayangkan saya saya bisa lebih dekat dengan langit. Meskipun saya masih nggak suka ketika pesawat tinggal landas dan mendarat.


Bagaimana pengalaman pertamamu ketika naik pesawat? Komentar yuk.


Salam,